Meredam Konflik Papua Dinilai Perlu Pendekatan yang Benar

Suasana saat pilkada serentak 2015 di Provinsi Papua. (Foto ilustrasi).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Indrayadi TH

VIVA – Papua masih jadi sorotan publik karena konflik yang memicu tewasnya sejumlah warga sipil hingga aparat. Konflik di Bumi Cendrawasih perlu pendekatan yang benar agar bisa diredam sehingga tak ada lagi korban meninggal dunia.

Demikian hal ini dibahas dalam dialog Kebangsaan Lintas Generasi Papua secara daring yang digelar Forum  Senior dan Milenial (Forsemi) bekerjasama dengan Pusat Studi Papua (PSP) Universitas Kristen Indonesia (UKI).

Ketua Umum Forsemi Freddy Numberi menyampaikan berbagai pendekatan telah dilakukan untuk mengatasi atau setidaknya meredam konflik Papua. Dia menekankan memakai pendekatan militer adalah salah.

"Namun akibat dari pendekatan yang salah (pendekatan militer) telah menjadi sebuah memoria passionis atau ingatan penderitaan yang membuat rakyat Papua bertanya, apakah kami anak kandung ibu pertiwi?" ujar Freddy dalam keterangannya yang dikutip pada Kamis, 3 Juni 2021.

Dia menjelaskan sudah 76 tahun Pancasila menjadi Falsafah bangsa Indonesia. Namun, ia menilai Pancasila belum sepenuhnya menjadi dasar dalam kehidupan berbangsa 
dan bernegara. Hal ini termasuk dalam menyikapi masalah di Papua seperti isu separatis dan terorisme.

"Termasuk ideologi Papua Merdeka yang tumbuh di Papua," sebutnya.

Dia menekankan, dengan memahami semangat nasionalisme di era milenial saat ini sudah seharusnnya diperlukan pendalaman nilai Pancasila yang hakiki. Bagi Freedy, roh Pancasila harus bisa terinternalisasi di kalangan milenial Papua.

“Sehingga di era digitalisasi dewasa ini, jiwa, semangat dan roh Pancasila benar-benar terinternalisasi dalam jiwa para generasi milenial Papua khususnya," tutur Freddy.

Sementara, pembicara lain, Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Kabaintelkam) Polri, Komjen Paulus 
Waterpauw, mengatakan persoalan Papua saat ini jadi buah bibir masyarakat. Namun, konflik di Papua juga jadi buah pikir Pemerintah Pusat.

Menurut dia, masalah tersebut harus dilakukan sesering mungkin dengan dialog pendekatan.

"Merupakan tugas kita untuk berdiskusi, membahas dan mengkaji bagian-bagian yang menjadi konsep bangsa. Dibutuhkan dialog yang dilakukan berkali-kali agar untuk mencapai suatu kesepakatan bersama," ujar eks Kapolda Papua tersebut.

Pun, putri Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid, Zannuba Ariffah Chafsoh alias Yenny Wahid menjelaskan Papua memiliki tiga isu yakni keadilan, kemanusiaan dan identitas. Menurut dia, penyelesaian tiga isu masalah Papua diperlukan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah.