Cak Nanto: Jangan Tergoda 3 Periode, Jokowi Bisa Contoh Gus Dur

Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Periode 2018-2022 Sunanto
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Sunanto alias Cak Nanto, meminta Presiden Joko Widodo tidak tergoda dengan usulan tiga periode dari sejumlah pendukungnya.

Wacana tiga periode untuk Jokowi, menurut Cak Nanto adalah wacana yang setengah serius. Saat ini memang usulan itu inkonstitusional karena bertentangan dengan UUD 1945. Tapi konstitusi tetap bisa diubah juga. Tidak serius, lanjut dia, karena demokrasi membuka keran bagi siapapun untuk menyampaikan pendapatnya.

Cak Nanto, yang sempat menjadi Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (Kornas JPPR), itu menjelaskan bahwa pemilu juga harus dilihat dari sisi pendidikan untuk rakyat. Maka pemimpin harus bisa memberi pendidikan itu, termasuk Presiden Jokowi.

Baca juga: Bertambah Terus, COVID-19 Kendari Masih Tertinggi se-Sulawesi Tenggara

"Jokowi akan menjadi negarawan jika tetap memagang teguh sikapnya untuk cukup 2 periode saja. Jika itu mampu dilakukan, sesungguhnya Pak Jokowi sedang juga memberikan pendidikan politik yang adi luhung," jelas Cak Nanto, dalam keterangannya, Jumat 25 Juni 2021.

Lebih lanjut ia menjelaskan, publik harus bisa merefleksikan kondisi saat Orde Baru. Katanya, ada pameo ketika itu bahwa tidak ada yang lebih baik dari Soeharto. Belum tentu juga penggantinya akan lebih baik, maka lebih baik dilanjutkan. 

"32 tahun Pak Harto berkuasa, lantas apa yang terjadi? Demokrasi mati, fundamental ekonomi rapuh, oligarki tumbuh subur mereka yang kaya adalah mereka yang berada di lingkaran Soeharto. Pada gilirannya, mereka yang mendorong Soeharto terus berkuasa, mereka pula yang akhirnya menjatuhkannya," jelasnya.

Di sisi lain, menurutnya contoh terbaik diberikan oleh Presiden RI ke-3 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Saat terpaksa lengser, Gus Dur keluar Istana menggunakan celana pendek, untuk menjadi rakyat biasa.

"Seorang egaliter yang legowo, dan menempatkan konstitusi di atas hasrat diri. Bahkan ketika tuduhan kepada beliau akhirnya menjadi fitnah belaka, beliau tidak pernah menyalahkan pemerintah, santai saja dan tidak demo bawa masa," jelasnya.

Menurutnya, Gus Dur memberi contoh bahwa hukum dan perundang-undangan adalah di atas segalanya. Bahkan untuk menyelesaikan masalah politik.

"Pendidikan politik ala Gus Dur ini memberikan kita contoh bahwa seorang negarawan itu harus siap menerima dan melepaskan. Apapun yang terjadi hukum dan UU tetap ditempatkan secara terhormat sebagai sumber menyelesaikan masalah politik," katanya.

Kini, usulan tiga periode untuk Jokowi justru lahir dari orang-orang yang ada di lingkarannya. Walau berkali-kali Presiden Jokowi menegaskan bahwa ia tidak berminat untuk tiga periode tersebut.

"Namun mereka terus berwacana. Mengapa? Mungkin karena pendidikan ala Soeharto lebih popular ketimbang pendidikan politik ala Gus Dur," katanya.