Oksigen Minim Kadar Ternyata Juga Dipakai Pasien COVID-19 di Pacitan

Polisi menunjukkan foto mesin produksi oksigen yang digunakan oleh BPBD Pacitan dalam konferensi pers di Markas Polda Jawa Timur di Surabaya, Jumat, 23 Juli 2021.
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVA – Tim Satuan Tugas Penegakan Hukum Aman Nusa II Kepolisian Daerah Jawa Timur menelusuri kemungkinan pemakaian oksigen untuk pasien COVID-19 di Kabupaten Pacitan setelah heboh keberadaan oksigen berkadar minim standar di Tulungagung. Hasilnya, oksigen dengan kadar yang sama sudah dipakai untuk pasien di RSUD Pacitan dan sejumlah pusat kesehatan masyarakat di kabupaten setempat.

Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Timur Komisaris Besar Polisi Farman menjelaskan, penelusuran dilakukan di Pacitan karena oksigen yang bikin heboh itu berasal dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan pada 17 Juli 2021. Saat itu, BPBD mengisi oksigen ke 32 tabung ukuran 1 meter kubik dan enam tabung ukuran 6 meter kubik.

BPBD Pacitan mengisi oksigen yang diproduksi dari alat kompresor yang biasa digunakan untuk kepentingan penyelaman. Karena saat itu Pacitan dalam kondisi darurat oksigen, BPBD mengisi oksigen untuk memenuhi kebutuhan pasien di rumah sakit dan puskesmas.

“Setelah tanggal 17 Juli, BPBD Pacitan tidak mengisi oksigen lagi karena kompresornya rusak,” kata Farman di Markas Polda Jawa Timur di Surabaya, Jumat, 23 Juli 2021.

Dari puluhan tabung yang sudah diisi oksigen, satu tabung di antaranya berukuran 6 meter kubik dipakai pembudidaya benih gurami di Tulungagung berinisial MR. Dari MR, peternak ikan koi meminta dan mengisi ulang oksigen seukuran tabung 1 meter kubik. Ikan koi yang ada di dalam kemasan plastik kemudian mati beberapa menit setelah diisi oksigen.

Sementara 32 tabung oksigen 1 meter kubik dan lima tabung oksigen ukuran 6 meter kubik didistribusikan BPBD Pacitan ke RSUD dan sejumlah puskesmas di kabupaten setempat untuk penanganan pasien. “Sampai saat ini tidak ada temuan dan laporan ada dampaknya kepada pasien,” ujar Farman.

Mantan kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Surabaya itu menegaskan, oksigen yang bikin heboh itu adalah asli, cuma kadarnya hanya 22,68 persen, sangat jauh dari kadar standar medis 99,5 persen. “Jadi, jangan ada lagi narasi oksigen palsu, karena sebetulnya oksigennya asli, hanya kadarnya yang kurang,” tandas Farman.

Kehebohan oksigen ini bermula dari informasi yang disampaikan kelompok peternak ikan koi dalam kemasan plastik di Tulungagung beberapa waktu lalu. Empat ekor ikan Koi yang ada di dalam plastik mati setelah diisi oksigen. Dari situlah tersiar kabar adanya peredaran oksigen palsu. Namun polisi menegaskan bahwa oksigennya asli, cuma kadarnya yang jauh kurang dari standar.