Haedar Nashir: Nabi Muhammad Role Model Kehidupan

Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir
Sumber :
  • VIVA / Cahyo Edi (Yogyakarta)

VIVA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, mengajak umat Islam untuk menampilkan teladan utama atau uswah hasanah.

Teladan yang dipaparkan Haedar, adalah dalam hal ini dibagi ke dalam tiga konteks.

“Pertama untuk memperpendek, meminimalisasi bahkan menghilangkan kesenjangan antara nilai agama yang serba baik, serba benar, serba utama dengan praktek kehidupan nyata yang seringkali berbeda dari nilai-nilai yang telah diajarkan agama,” ujar Haedar dalam keterangan tertulisnya, Selasa 19 Oktober 2021.

Lebih lanjut dipaparkan Haedar, praktek itu memang untuk kehidupan sehari-hari sebagai umat yang menjadi pengikut Muhammad Saw. Tetapi juga dalam kehidupan politik.

“Dan praktek itu bukan hanya dalam kehidupan sehari-hari, namun juga dalam praktek kehidupan politik, ekonomi, budaya dan kehidupan yang lebih luas di mana agama menjadi sumber nilai yang utama,” sambung Haedar.

Kedua, Haedar berpesan agar umat Islam memperhatikan bahwa di tengah majunya penguasaan teknologi, kehidupan politik, ekonomi dan budaya modern ternyata juga menyisakan krisis moral. Juga terjadi krisis perilaku, krisis keteladanan dan berbagai kekerasan atas nama apapun.

“Maka seyogyanya umat beragama khususnya kaum muslim untuk menghadirkan alam pikiran, sikap, dan tindakan yang mampu menjadi solusi atas berbagai problem kehidupan yang bersifat krisis tersebut,” jelasnya.

Islam dan Muhammad Sebagai Role Model Kehidupan

Menurutnya, dalam situasi yang demikian, maka di momentum Maulid Nabi Muhammad saat inilah perlu kembali merenungkan. Meneladani kefiguran dari sang nabi, Muhammad Saw.

“Jadikan Islam dan figur Nabi Muhammad sebagai role model untuk menghadirkan kehidupan yang lebih beradab, lebih bermoral, lebih menjunjung tinggi nilai-nilai utama, menyebar perdamaian, persatuan sekaligus mencegah segala bentuk permusuhan, kebencian, kekerasan, keretakan dan hal-hal yang membuat suatu bangsa akan jatuh,” jelas Haedar.

Haedar mengingatkan konteks ketiga adalah secara umum, agar bangsa Indonesia yang sejatinya berbasis pada kebudayaan luhur, mampu mewujudkan cita-cita luhur untuk membangun kehidupan yang lebih baik.

“Yaitu kehidupan yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur sebagaimana cita-cita para pendiri bangsa. Saya percaya bahwa peringatan kelahiran Nabi Muhammad shalallahu‘alaihi wassalam selalu menjadi sumber nilai kebaikan, keutamaan dan keluhuran hidup kita bersama,” lanjut Haedar.