Suhu Bumi Naik 1,5 Derajat Celcius, Luhut: Pertama Dalam Sejarah

[sumber: Instagram @luhut.pandjaitan]
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Copernicus Climate Change Service (C3S) Uni Eropa telah mencatat bahwa selama 12 bulan berturut-turut, bumi telah mengalami suhu lebih panas 1,5 derajat celsius dibandingkan era praindustri 1.850-1.900.

"Fenomena ini adalah yang pertama kalinya dalam catatan sejarah," kata Luhut dalam unggahan di Instagram pribadinya @luhut.pandjaitan, Senin, 26 Februari 2024.

Dia menambahkan, hal ini juga membuat kemunculan sejumlah fenomena alam, yang mengubah beberapa bagian bumi menjadi tidak sama lagi dengan kondisi beberapa abad silam. Misalnya seperti peningkatan suhu bumi sebanyak 1,5 derajat celsius, yang menyebabkan kerugian besar bagi ekosistem.

Menkomarves Luhut Binsar Pandjaitan mencoblos di TPS 014 Banjar Pengayehan Desa Cemagi, Mengwi, Bali.

Photo :
  • VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)

"Seperti gelombang panas, kekeringan, banjir, hingga kelangkaan air yang akan kita jumpai dalam beberapa waktu kedepan," ujarnya.

Luhut menegaskan, hal ini adalah sebuah ‘wake up call’ bagi kita semua, untuk melakukan upaya mitigasi dalam mengurangi emisi karbon. Langkah cepat pun diambil pemerintah Indonesia bersama World Bank, beserta Kementerian/Lembaga terkait termasuk TNI Angkatan Darat.

"Antara lain yakni berfokus pada rehabilitasi 75 ribu hektare dan mengkonservasi 400 ribu hektare mangrove, sebagai bagian rencana besar Rehabilitasi 600 ribu hektare Mangrove di Kawasan Pesisir," kata Luhut.

Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.

Photo :
  • Instagram @luhut.pandjaitan

Potensi besar mangrove yang amat penting dalam penyerapan karbon yang lebih tinggi secara alami, akan dimanfaatkan oleh pemerintah Indonesia. Antara lain untuk transformasi ekonomi hijau, dan akan terus mengarah ke karbon biru yang lebih ramah lingkungan serta berkelanjutan.

Luhut menekankan, hal ini menjadi penting, mengingat Indonesia berkomitmen mengendalikan perubahan iklim global dan rehabilitasi mangrove. Langkah itu diharapkan dapat mendukung penurunan emisi, sesuai dokumen kontribusi nasional (NDC).

"Saya melihat keberhasilan program ini akan dicapai, jika integrasi seluruh stakeholder mampu memberdayakan masyarakat di sekitar pesisir," ujar Luhut.

"Dengan begitu, ekosistem mangrove di pesisir Indonesia tidak hanya menjadi tempat penyimpanan karbon, tetapi juga mampu menjadi sumber alternatif baru mata pencaharian bagi masyarakat sekitar ekosistem mangrove berada," ujarnya.