Masih Ada Warga Sepelekan Aktivitas Marapi

Tanaman kol terkena abu Gunung Marapi Sumatera Barat
Sumber :
  • Antara/ Iggoy el Fitra

VIVAnews - Sebagian warga di lereng Gunung Marapi di Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, masih melakukan aktivitas di ladang mereka. Padahal, bahaya gunung setingga 2.891 meter dari permukaan laut itu sudah mengancam.

Saat ditemui, Heri Defrizal, petani organik di lereng Marapi mengatakan, minimnya informasi membuat sebagian warga menyepelekan lonjakan aktivitas gunung tersebut selama dua bulan terakhir ini.

"Sebagian kami masih menganggapnya sepele, karena tak banyak informasi yang didapat dari pihak terkait mengenai kondisi Marapi," kata Heri Defrizal, petani organic di lereng Marapi saat berbincang dengan VIVAnews, Rabu, 28 September 2011.

Berladang sayur-sayuran di ketinggian 1.600 mdpl, Dia mengatakan, bisa melihat secara jelas Marapi dengan jelas saat aktivitasnya meningkat. Bahkan, hanya dengan menggunakan teropong biasa, ia bisa melihat dengan jelas saat pendaki melewati cadas Marap i--batuan kerikil berpasir  di puncak Marapi--saat pendakian masih aman dilakukan di gunung tersebut.

"Bahkan masih ada petani yang ladangnya di atas saya. Kalau ditarik garis lurus dari Pesanggrahan, kebun ini lebih tinggi posisinya, karena terjal saja makanya tidak bisa dijadikan sebagai jalur pendakian," tambahnya.

Ia mengaku, teropong menjadi peralatan penting bagi dirinya saat akan memulai aktivitas di ladang.

Manajer Pusat Pengedai Operasi Penanggulangan Bencana Sumbar, Ade Edward mengakui, pihaknya tidak megetahui secara detil kondisi gunung tersebut secara pasti sejak statusnya ditingkatkan menjadi waspada.

"Gunung ini terus mengepulkan asap, warga sering memberitahu kita. Tapi secara pasti kita tidak bisa memberikan peringatan yang jelas, karena tidak ada laporan dari pusat pemantau Bukittinggi," ujar Ade kesal.

Untuk mengetahui secara pasti aktivitas gunung Marapi, Ade siang tadi bertolak ke Bukittinggi. Ia mengkhawatirkan bila Marapi meletus tiba-tiba. "Kalau gunung ini meletus tiba-tiba, kan berbahaya," katanya.

Menurutnya, saat status Marapi ditingkatkan menjadi waspada, mestinya, pos pemantau gunung api melaporkan setiap hari. "SOP-nya begitu, laporkan ke pusat dan untuk pejabat daerah tembusannya, karena kita kan butuh bertindak cepat," tambahnya.

Kepala Pos Pemantau Marapi di Bukittinggi, Warseno, mengatakan, pihaknya rutin melaporkan kondisi Marapi setiap hari ke pusat. "Setiap hari kita laporkan berkala, bahkan kalau ada peningkatan, setiap saat kita laporkan," ujar Warseno.

Untuk pihak terkait di daerah, ia mengaku, selalu memberikan informasi via telepon saat kondisi Marapi mengalami peningkatan. Hari ini, kepulan asap hitam ke luar dari kepundan gunung tersebut. Saat ini, gunung tersebut masih berstatus waspada.

"Radius tiga kilometer dari puncak tertutup untuk beraktivitas," tambah Warseno.

Sejak status Marapi ditingkatkan menjadi waspada awal Agustus 2011 lalu, terhitung sekitar 35 kali gunung ini mengeluarkan debu vulkanik dan awan hitam dari kepundannya. (Laporan: Eri Naldi | Padang, umi)