Pembinaan PSP3 Tahun 2013
Rabu, 4 September 2013 - 09:07 WIB
Sumber :
VIVAnews - Para konseptor pembangunan dan kepemimpinan nasional menyadari bahwa kemajuan hakiki bangsa dan negara Indonesia akan dapat terwujud jika desa-desa kita di seluruh nusantara makin maju, baik desa petani maupun desa nelayan. Itulah resep jika kita memang sungguh-sungguh hendak memajukan bangsa kita.
Namun persoalannya, sebagian besar Sumber Daya Manusia produktif desa sudah berkelana ke kota-kota dan keluar negeri, yang tersisa hanya tenaga tua dan anak-anak balita. Sejak awal abad ke-19 desa sudah kehilangan daya dukung ekonomi, sehingga banyak warga desa belingsatan ke sana-kemari sebagai buruh, pedagang kecil, atau bermigrasi dan menjadi kaum proletar perkotaan, maupun menjadi kuli di lahan pertanian karena mereka sendiri tak memiliki tanah, dan kita semua ketahui kini yang sedang trend ramai-ramai menjadi TKI.
Baca Juga :
Namun persoalannya, sebagian besar Sumber Daya Manusia produktif desa sudah berkelana ke kota-kota dan keluar negeri, yang tersisa hanya tenaga tua dan anak-anak balita. Sejak awal abad ke-19 desa sudah kehilangan daya dukung ekonomi, sehingga banyak warga desa belingsatan ke sana-kemari sebagai buruh, pedagang kecil, atau bermigrasi dan menjadi kaum proletar perkotaan, maupun menjadi kuli di lahan pertanian karena mereka sendiri tak memiliki tanah, dan kita semua ketahui kini yang sedang trend ramai-ramai menjadi TKI.
Persoalan tersebut diatas, tentu harus mempunyai jalan keluar, pemerintah dan masyarakat berdaya tidak boleh tinggal diam. Dalam hal ini, para pemuda sarjana sebagai intelektual muda sudah sepantasnya memberikan sumbangsih ilmunya, memberikan kontribusi yang berarti bagi pembangunan, khususnya di desa-desa yang memerlukan inovasi pemikiran dan kreativitas, agar roda perekonomian pedesaan dapat digerakan secara berkelanjutan untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang dicita-citakan.
Itulah pula yang menjadi alasan kenapa pemerintah mengajak para pemuda sarjana yang menuntut ilmu dikota-kota besar agar segera kembali ke desa-desa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka peroleh selama di perguruan tinggi. Namun sebagai pemuda, para sarjana yang baru lulus yang berminat untuk berpartisipasi membangun desa, perlu difasilitasi agar dalam berkarya didesa-desa, mereka tidak terkendala oleh biaya hidup. Karenanya program Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan (PSP3) dari Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga patut kita dukung agar berdaya guna dan berhasil guna bagi kemajuan desa khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Program PSP3 dimulai sejak tahun 1989 dengan basis idealisme untuk memajukan kehidupan masyarakat di daerah pedesaan yang seharusnya menjadi sentra pertumbuhan ekonomi negara, dan pemuda sarjana sebagai salah satu alat penggerak sangat perlu diapresiasi karena mau memilih kembali ke desa sebagai suatu pilihan yang tidak mudah ditengah modernisasi yang berkembang di semua kota-kota besar di Indonesia.
Pada awalnya Program PSP3 merupakan proyek rintisan yang diberi nama SP3 (Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan) yang dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan Generasi Muda, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olahraga, Departemen Pendidikan. Pada awal rintisan ini, sarjana yang direkrut hanya sejumlah 200 orang, dengan penempatan 5 sarjana pada satu desa, sehingga jumlah desa yang dibina masih sangat terbatas.
Dengan berjalannya waktu, kehadiran para sarjana penggerak pembangunan pedesaan ini mulai dirasakan manfaatnya, sehingga proyek rintisan ini menjadi program reguler, dimana setiap tahun semakin banyak para sarjana yang direkrut. Puncaknya pada tahun 1996 dan 1997 masing-masing sejumlah 1.500 orang, dan tahun 1998 sejumlah 1.600 orang sarjana. Kemudian sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2012 terjadi penurunan jumlah rekrutmen yang hanya berkisar antara 400 hingga 500 orang sarjana. Total sarjana yang telah pernah ditempatkan hingga tahun 2012 adalah sejumlah 16.567 orang pada kurang lebih 5.140 desa yang tersebar di 3.220 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Prinsip utama keberadaan PSP3 di desa adalah memfasilitasi para pemuda berpendidikan dalam peningkatan pengetahuan, wawasan, sikap, dan keterampilan mereka untuk menggerakan pembangunan terutama dalam menumbuh-kembangkan gerakan pembangunan ekonomi di pedesaan, dengan indikator meningktanya perekonomian masyarakat yang dicerminkan dari meningkatnya pendapatan perkapita penduduk. Dengan demikian tugas utama PSP3 di pedesaan adalah menggerakan roda-roda ekonomi, baik yang telah ada maupun yang baru dengan basis utama adalah memanfaatkan sumberdaya alam dan kejeniusan lokal yang tersedia dilingkungan desa setempat untuk mangatasi kemiskinan.
Para PSP3 dapat di pacu untuk menciptakan peluang usaha (bisnis) di suatu daerah, karena dengan adanya peluang akan mendatangkan kapital, yang dapat meningkatkan income. Adanya peluang juga akan meningkatkan money supply, investasi, meningkatkan konsumsi, dan populasi, serta labour mobility ke daerah tersebut. Hal ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan, sehingga kesemuanya itu akan mempengaruhi produktivitas yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan dan daya saing.
Selaku agen perubahan (Agent of Change), setiap PSP3 yang berasal dari berbagai disiplin ilmu ini, sebaiknya memiliki karakter dan budaya wirausaha, karakter pencipta lapangan pekerjaan, bukan sebagai pencari pekerjaan. Mereka harus mampu menciptakan aktivitas bisnis bersama masyarakat desa dengan ciri: 1) Berbasis sumberdaya alam di desa dan/atau kejeniusan lokal; 2) Berspektrum luas, artinya melibatkan sebanyak-banyaknya pemuda desa, dan berpengaruh kepada perekonomian desa; 3) Berkelanjutan (Sustainable).
Semua itu akan berjalan apabila didukung dengan kebijakan politik, hukum, sosial-budaya, dan teknologi, dan dukungan tersebut bisa diwujudkan melalui peran aktif pemerintah, dalam hal ini adalah Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia selaku pengelola program, yang dilaksanakan oleh Asisten Deputi Kepeloporan Pemuda dibawah Deputi Bidang Pengembangan Pemuda.
Oleh karena itu, mulai tahun 2013 ini, PSP3 yang sudah memasuki angkatan ke XXIII, direkrut sebanyak 1000 (seribu) orang dari 33 provinsi di Indonesia. Penempatan dilakukan hanya dengan menempatkan 2 orang sarjana pada 1 desa, sehingga jumlah desa yang dibina menjadi semakin banyak atau meluas, dan dilakukan secara lintas pulau dengan pembagian wilayah penempatan dalam 5 zona. Hal ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana pada waktu yang lalu, penempatan para PSP3 ini dilakukan di desa-desa dalam wilayah propinsi yang sama.
Dengan pola yang baru ini, maka para PSP3 ini akan terlibat dalam suatu “Dialog Etnis” yang akan berdampak pada peningkatan pemahaman kebangsaan yang lebih kental, karena bisa saja selama ini para pemuda dari Aceh misalnya, belum mengenal betul bagaimana saudaranya di Kalimantan hidup bermasyarakat, tetapi setelah ditempatkan di provinsi tersebut dia mampu memahami pola-pola kehidupan yang berbeda secara budaya, tetapi tetap sama sebagai satu bangsa yang memiliki cita-cita yang sama pula, yaitu Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa dalam bingkai NKRI yang maju dan sejahtera.
Sebelum ditempatkan di desa-desa diberbagai provinsi, mereka akan mendapat pembekalan baik secara tehnis maupun pengetahuan dan mental, bertempat di Pusat Pembelajaran (Center of Learning) Rindam Jaya, Condet, Jakarta selatan, mulai tanggal 31 Agustus - 14 September 2013.
Para PSP3 memang harus bekerja keras menemukan dan melakukan berbagai upaya kreatif untuk mengembangkan usaha masyarakat, karena pada dasarnya mereka hanya memiliki waktu yang relatif singkat untuk menciptakan suatu usaha yang berkelanjutan. Mereka memiliki masa kontrak sebagai peserta PSP3 hanya 2 (dua) tahun. Oleh karena itu Kementerian Pemuda dan Olahraga sebagai pengelola program, juga harus memberikan bantuan dan dukungan secara terus menerus, agar upaya yang dilakukan para PSP3 dapat berjalan mulus.
(Webtorial)