Media Asing Ramai Beritakan Survei Organ Vital di Indonesia
Jumat, 6 September 2013 - 17:45 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews - Heboh kuisioner yang menanyakan ukuran alat kelamin siswa yang beredar di sejumlah Sekolah Menengah Pertama di Sabang, Aceh, rupanya juga ramai diberitakan situs luar negeri.
Salah satunya situs asal negara tetangga, Malaysia, New Straits Times
. Mereka menurunkan berita dengan judul kemarahan pemerintah Indonesia atas beredarnya survei ukuran alat kelamin di sekolah.
Dalam ulasannya, mereka menulis Kementerian Pendidikan Indonesia pada hari Kamis lalu mengkritik keras sebuah lembaga di kota kecil di Provinsi Aceh yang melakukan sebuah survei vulgar kepada anak-anak.
Lembaga itu membagikan kueisoner kesehatan kepada anak-anak usia antara 11 tahun hingga 12 tahun di salah satu sekolah di Kota Sabang.
Namun, kuisioner tersebut didapati memajang foto kelamin yang cukup vulgar. Tak hanya itu, anak-anak tersebut pun juga ditanyai mengenai ukuran kelamin dan pernahkah mereka mengalami mimpi 'basah'.
Salah satu orang tua bernama Nurlina menuturkan, anaknya yang berumur 12 tahun diminta untuk menyelesaikan kuisioner.
Di dalam kuisioner terdapat gambar kelamin yang cukup vulgar mulai dari yang terkecil hingga terbesar. Kemudian mereka disuruh memilih ukuran kelamin mana yang mereka sukai.
Nurlina yang mengetahui hal itu langsung menghentikan anaknya mengisi kuisioner dan mengadukannya kepada pihak sekolah.
Pihak berwenang dalam permasalahan ini merencanakan akan membagi kuisioner tersebut di enam sekolah menengah pertama di kota Sabang. Namun, hal itu diurungkan karena banyaknya aduan mengenai gambar yang terlalu vulgar tersebut.
Kepala pendidikan Sabang, Misman menegaskan kepada masyrakat bahwa survei dilakukan untuk menilai kesehatan siswa-siswi.
Namun, pihak berwenang yang bertanggungjawab atas kuisioner mengaku tak mengetahui ada gambar yang terlalu vulgar. Karena menurutnya, kuisioner itu sudah pernah dibagikan tahun lalu, tetapi tidak mengandung gambar.
Ibnu Hamad, juru bicara Kementerian Pendidikan menyatakan pemerintah menyesalkan kejadian tersebut.
"Hal tersebut bukanlah hal yang seharusnya terjadi, karena tidak ada poin yang bisa didapat dalam mengukur ukuran kelamin siswa," ucap Ibnu. Sampai saat ini pemerintah belum melakukan investigasi resmi pada kasus ini.
Media lain dari negara tetangga (Australia) juga ikut memberitakan antara lain ABC.net dan Radioaustralia. Mereka menurunkan berita dengan mengulas bagaimana survei vulgar bisa beredar di sekolah. Sikap pemerintah untuk pengawasan dalam hal ini Kementerian Pendidikan juga dipertanyakan. (eh)
Baca Juga :
Salah satunya situs asal negara tetangga, Malaysia, New Straits Times
Dalam ulasannya, mereka menulis Kementerian Pendidikan Indonesia pada hari Kamis lalu mengkritik keras sebuah lembaga di kota kecil di Provinsi Aceh yang melakukan sebuah survei vulgar kepada anak-anak.
Lembaga itu membagikan kueisoner kesehatan kepada anak-anak usia antara 11 tahun hingga 12 tahun di salah satu sekolah di Kota Sabang.
Namun, kuisioner tersebut didapati memajang foto kelamin yang cukup vulgar. Tak hanya itu, anak-anak tersebut pun juga ditanyai mengenai ukuran kelamin dan pernahkah mereka mengalami mimpi 'basah'.
Salah satu orang tua bernama Nurlina menuturkan, anaknya yang berumur 12 tahun diminta untuk menyelesaikan kuisioner.
Di dalam kuisioner terdapat gambar kelamin yang cukup vulgar mulai dari yang terkecil hingga terbesar. Kemudian mereka disuruh memilih ukuran kelamin mana yang mereka sukai.
Nurlina yang mengetahui hal itu langsung menghentikan anaknya mengisi kuisioner dan mengadukannya kepada pihak sekolah.
Pihak berwenang dalam permasalahan ini merencanakan akan membagi kuisioner tersebut di enam sekolah menengah pertama di kota Sabang. Namun, hal itu diurungkan karena banyaknya aduan mengenai gambar yang terlalu vulgar tersebut.
Kepala pendidikan Sabang, Misman menegaskan kepada masyrakat bahwa survei dilakukan untuk menilai kesehatan siswa-siswi.
Namun, pihak berwenang yang bertanggungjawab atas kuisioner mengaku tak mengetahui ada gambar yang terlalu vulgar. Karena menurutnya, kuisioner itu sudah pernah dibagikan tahun lalu, tetapi tidak mengandung gambar.
Ibnu Hamad, juru bicara Kementerian Pendidikan menyatakan pemerintah menyesalkan kejadian tersebut.
"Hal tersebut bukanlah hal yang seharusnya terjadi, karena tidak ada poin yang bisa didapat dalam mengukur ukuran kelamin siswa," ucap Ibnu. Sampai saat ini pemerintah belum melakukan investigasi resmi pada kasus ini.
Media lain dari negara tetangga (Australia) juga ikut memberitakan antara lain ABC.net dan Radioaustralia. Mereka menurunkan berita dengan mengulas bagaimana survei vulgar bisa beredar di sekolah. Sikap pemerintah untuk pengawasan dalam hal ini Kementerian Pendidikan juga dipertanyakan. (eh)