Bentrok Pemekaran Luwu, Satu Warga Tewas
Selasa, 12 November 2013 - 17:45 WIB
Sumber :
- FOTO ANTARA/Yusran Ucang
VIVAnews - Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan membenarkan ada satu warga Walenrang Lamasi, Kabupaten Luwu yang meninggal saat bentrokan antara warga dan polisi terjadi, Selasa, 12 November 2013. Namun, polisi belum mau menjelaskan apa yang menyebakan warga tersebut meninggal.
Wakapolda Sulsel, Brigjen Ike Edwin mengatakan, hingga kini belum jelas apa yang menyebabkan korban tewas. Dia justru menyinggung aksi warga yang sangat anarkis saat menghadapi polisi.
"Kalau mengatakan korban ada satu orang. Saya lihat memang meninggal, tapi karena apa belum jelas. Tapi kami juga dihadapi dengan senjata api, molotov, panah, badik. Anggota kita juga ada yang kena," kata Ike Edwin saat berbincang dengan tvOne.
Menurut warga, korban meninggal bernama Candra. Dia terkena tembakan peluru tajam polisi pada dada kirinya. Dari pantuan, saat jenazah korban dibawa dengan menggunakan mobil polisi, dua anak korban dan istrinya menangis histeris dan berusaha agar jenazah keluarga mereka tidak dibawa.
"Mereka itu tidak ikut, kenapa bisa begitu. Mejadi korban ditembak," kata keluarga korban.
Sementara itu, Ike Edwin menambahkan, akibat aksi unjuk rasa ini telah mengganggu kamtibmas karena warga sudah dua hari ini menutup jalan Trans Sulawesi.
"Ini jalur lintas Trans Sulawesi tertutup, macet sudah 17 km. Semua akses ke Sulawesi Utara, tengah, tengara dan gorontalo terhenti. Sudah ditutup dua hari," katanya.
Menurutnya, upaya negosiasi yang dilakukan polisi bersama dengan muspida dan tokoh masyarakat justru disambut dengan aksi anarkis dari warga.
"Hari ini kami sudah enam kali negosiasi. Jalan sudah macet parah dan tidak mau dibuka. Kami ambil tindakan tegas," katanya.
Hingga kini belum jelas berapa jumlah warga yang terluka dan yang ditangkap akibat bentrokan ini. Siang tadi, ada lebih dari 10 polisi yang terluka akibat terkena lemparan batu.
Unjuk rasa menutut pemekaran Kabupaten Luwu menjadi Kabupaten Luwu Tengah merupakan gerakan rakyat dan mengklaim bahwa aksi ini telah mendapat dukungan dari 60 kepala desa di Walenrang Lamasi.
Warga diperkirakan dari 60 desa ini bergabung bersama mahasiswa melakukan ujuk rasa sejak Senin kemarin. Mereka menutut pemekaran wilayah dengan cara memblokir jalur Trans Sulawesi. Sudah 10 tahun warga memperjuangkan aspirasi mereka untuk pemekaran daerah. (sj)
Baca Juga :
Wakapolda Sulsel, Brigjen Ike Edwin mengatakan, hingga kini belum jelas apa yang menyebabkan korban tewas. Dia justru menyinggung aksi warga yang sangat anarkis saat menghadapi polisi.
"Kalau mengatakan korban ada satu orang. Saya lihat memang meninggal, tapi karena apa belum jelas. Tapi kami juga dihadapi dengan senjata api, molotov, panah, badik. Anggota kita juga ada yang kena," kata Ike Edwin saat berbincang dengan tvOne.
Menurut warga, korban meninggal bernama Candra. Dia terkena tembakan peluru tajam polisi pada dada kirinya. Dari pantuan, saat jenazah korban dibawa dengan menggunakan mobil polisi, dua anak korban dan istrinya menangis histeris dan berusaha agar jenazah keluarga mereka tidak dibawa.
"Mereka itu tidak ikut, kenapa bisa begitu. Mejadi korban ditembak," kata keluarga korban.
Sementara itu, Ike Edwin menambahkan, akibat aksi unjuk rasa ini telah mengganggu kamtibmas karena warga sudah dua hari ini menutup jalan Trans Sulawesi.
"Ini jalur lintas Trans Sulawesi tertutup, macet sudah 17 km. Semua akses ke Sulawesi Utara, tengah, tengara dan gorontalo terhenti. Sudah ditutup dua hari," katanya.
Menurutnya, upaya negosiasi yang dilakukan polisi bersama dengan muspida dan tokoh masyarakat justru disambut dengan aksi anarkis dari warga.
"Hari ini kami sudah enam kali negosiasi. Jalan sudah macet parah dan tidak mau dibuka. Kami ambil tindakan tegas," katanya.
Hingga kini belum jelas berapa jumlah warga yang terluka dan yang ditangkap akibat bentrokan ini. Siang tadi, ada lebih dari 10 polisi yang terluka akibat terkena lemparan batu.
Unjuk rasa menutut pemekaran Kabupaten Luwu menjadi Kabupaten Luwu Tengah merupakan gerakan rakyat dan mengklaim bahwa aksi ini telah mendapat dukungan dari 60 kepala desa di Walenrang Lamasi.
Warga diperkirakan dari 60 desa ini bergabung bersama mahasiswa melakukan ujuk rasa sejak Senin kemarin. Mereka menutut pemekaran wilayah dengan cara memblokir jalur Trans Sulawesi. Sudah 10 tahun warga memperjuangkan aspirasi mereka untuk pemekaran daerah. (sj)