Kisah Wali Si Pemberi Kekayaan

Makam Medana di Lombok
Sumber :
  • VIVA.co.id/Kusnandar

VIVA.co.id - Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dikenal sebagai pulau seribu masjid, memiliki banyak tempat keramat. Salah satunya makam yang diyakini memiliki kekuatan magis. Sangat dikenal keramat hingga menjadikan tempat berburu berkah bagi kebanyakan orang yang meyakininya.

Seperti halnya Makam Medana. Makam ini tidak bisa dipandang sebelah mata, banyak keunikan dan kekhasan dari makam peninggalan yang diyakini memiliki aura mistis ini.

Makam ini terletak di Kecamatan Pemenang Lombok Utara, sekitar 40 kilometer dari Kota Mataram NTB. Makam Medana banyak di kunjungi wisatawan, baik dengan tujuan berziarah maupun yang sengaja mendatangi makam untuk berdoa dan bertapa.

Kebanyakan dari mereka yang meyakininya, mengharapkan petunjuk agar diberikan kekayaan cukup dengan hanya berdoa di dekat kuburan di dalam makam. Bahkan tidak jarang juga di antara pengunjung datang dari berbagai daerah. Mereka sengaja mendatangi Makam Medana untuk memperdalam ilmu kesaktiannya.

Untuk menuju lokasi, khususnya bagi pengunjung baru, sebaiknya mencari pemandu dari warga setempat. Lokasi menuju makam ini tidak ditandai dengan papan petunjuk. Hanya saja yang menjadi petunjuk kecil yaitu papan hotel mewah yang dibangun bersebelahan dengannya, yaitu Hotel Oberoi. Namun jangan khawatir, dipastikan lokasi Makam Medana bagi penduduk Lombok Utara sudah sangat dikenal.

Areal Makam Medana dikelilingi pepohonan tua besar yang rindang. Pada kiri dan kanan makam dipagari tembok pembatas dari batu-batu besar. Sementara posisi makam terletak cukup dekat dengan bibir pantai dengan sajian panorama laut lepas. Terdapat anak tangga kecil pada tebing batu areal makam. Sehingga para wisatawan yang datang berkunjung bisa duduk di atas tebing ketinggian 8 meter dari hamparan laut tersebut untuk menenangkan diri sebelum atau sesudah berziarah.

Sementara bangunan makam ditandai dengan kain putih yang mengelilinginya. Di dalam bangunan makam yang menyerupai gubuk ini terdapat dua buah kuburan permanen dari keramik. Salah satunya makam dengan batu nisan berukuran besar dan tinggi, sementara satunya lagi makam dengan nisan berukuran lebih kecil. Untuk memasuki makam tidak boleh sembarangan, pengunjung harus mensucikan diri dengan berwudhu dan mengucapkan salam pada pintu masuk makam.

Di sekitarnya terdapat sanggrah tempat menaruh sesaji umat hindu setiap melakukan ritual. Pada dinding dalam makam berukuran empat kali dua meter ini juga terpampang pelang peringatan bertuliskan berita larangan membawa minuman keras, tidur, makan dan minum di sekitar nisan makam. Termasuk larangan keras bagi perempuan yang sedang haid (menstruasi) memasuki tempat yang dianggap sakral itu.

Sepintas memang makam ini terlihat seperti makam untuk agama Hindu, karena banyaknya umat Hindu yang melakukan persembahyangan dan posisi sanggrahan sesaji di beberapa tempat areal makam. Namun sebenarnya tidak demikian.

Makam ini dijaga seorang juru kunci yaitu Ibu Medana atau yang biasa disapa Niniq (sebutan untuk seorang ibu tua). Niniq merupakan juru kunci makam menggantikan ayahnya yang wafat, yang juga sebagai penjaga setia makam tersebut.



Dari turun temurun Niniq meyakini jika makam itu adalah makam seorang wali beragama Islam bernama Wali Takziyah yang berasal dari Baghdad. Hanya saja karena latar belakangnya yang masih menjadi misteri, maka makam ini lebih banyak dikunjungi umat Hindu dari pada Muslim, mayoritas daerah tersebut. Meski demikian baik Umat Islam maupun Hindu, kerukunan beragama tetap terjalin. Itulah mengapa makam ini disebut juga sebagai simbol pemersatu agama di Pulau Lombok.

"Di tempat ini tidak memandang dari golongan mana pun, ada Umat Hindu, Umat Islam, orang kaya, bahkan pejabat sekali pun pernah datang ke sini berdoa meminta agar mendapatkan jabatan yang lebih tinggi," ucap Niniq Medana memulai keakraban dengan para pengunjung baru.

Konon menurut cerita yang berkembang di masyarakat desa sekitar, sosok Wali Takziyah adalah seorang dermawan dengan harta berlimpah yang tak kunjung habisnya. Ia bukanlah sang raja, maupun dari keturunan raja, melainkan seorang rakyat biasa yang hidup bersama seorang putrinya. Harta yang dimilikinya selalu diberikan kepada warga desa yang membutuhkan. Setiap harta yang diberikannya kepada warga miskin, akan tumbuh kembali dan selalu ada untuk diberikan kembali bagi yang membutuhkan.

"Hartanya berlimpah, apa pun yang orang minta pasti diberikan. Sudah beliau kasihkan orang, seperti ajaib tumbuh lagi hartanya jadi tidak bisa habis. Batu-batu besar yang mengelilingi areal makam itu wujud dari binatang peliharaan wali. Ada kuda, sapi, dan gajah. Batu Sambi (batu lumbung) jelmaan dari gajah," katanya.

Karena diyakini akan tersohornya, makam ini pun yang memberikan nama pada daerah tempat keberadaannya, yang hingga kini dikenal dengan nama Desa Medana. Selain itu disampaikan sang juru kunci, yang di kuburkan pada makam bukannya sang wali. Melainkan tempat hilangnya Wali Takziyah.

Dikisahkan Makam Medana awal mula ditemukan oleh warga Hindu dari Kecamatan Tanjung Lombok Utara. Sejak ditemukannya itu, banyak keajaiban terjadi. Mulai dari ditemukannya keris pusaka, dan petunjuk-petunjuk gaib. Bahkan setiap enam bulan sekali, keris yang didapatkan itu senantiasa dibawa kembali ke makam untuk dimandikan. Biasanya setiap acara keagaman Umat Hindu seperti odalan, dengan para peziarah umat Hindu dari berbagai daerah di Lombok.

Makam yang diperkirakan berusia mencapai 3 abad ini, menurut Niniq, ada hubungannya dengan sejumlah makam terkenal di Pulau Lombok. "Sama pengaruhnya seperti makam terkenal lainnya yang di Lombok ini, seperti Makam Batulayar, Makam Pejanggik, Makam Selaparang, dan lainnya. Tapi di sini lebih angker," ujar ibu penjaga makam sejak tahun 1995 ini.

Niniq juga mengatakan, makam Medana sangat kental dengan aura mistis. Ia sendiri mengaku pernah bertemu jelmaan dari Wali penghuni makam. Disebutkannya, wajahnya mirip Saddam Husein, mantan Presiden Irak, dengan menggunakan jubah berwarna biru. Terkadang pula lanjut Niniq, sosok Wali menampakkan diri sebagai seorang kakek tua renta yang meminta-minta.

Hal lain, umumnya para pengunjung yang datang ke Makam Medana yaitu orang-orang yang sedang dibelit cobaan. Menurut pengalamannya, mereka para pengunjung biasanya datang ke makam jam-jam tertentu, pada tengah malam hingga pagi sebelum azan salat subuh berkumandang. Tujuannya, untuk berdoa meminta petunjuk tentang permasalahan yang dihadapi.

"Kalau mau cari jodoh, silakan berdoa di dekat makam yang kecil. Itu makam putri wali bernama Dende Intan Komala Sari," saran Niniq seraya menjelaskan bahwa makam itu merupakan titisan dari Dewi Anjani.



Dari sekian banyaknya pengunjung yang datang pada hari-hari tertentu. Banyak pula dari doa-doa mereka yang telah terkabulkan. Sebagai pertanda, pengunjung yang datang dengan membawa sesaji dan makanan yang banyak selayaknya sebuah acara biasanya doanya telah terkabul. Dan sajian yang dibawanya itu sebagai ucapan terimakasih.

Sebuah cerita disampaikan kembali oleh salah seorang warga sekitar Saenudin, mempertegas bahwa hal mistis yang mendiami Makam Medana memang benar adanya. Dalam cerita singkatnya ia berpesan agar jangan pernah  meremehkan makam tersebut.

Berdasarkan pengalaman dikatakan Saenudin, warga di Desanya pernah dihebohkan dengan kematian salah seorang warganya yang dianggap tidak wajar. Dikabarkan menjelang ajal, di bawah pengaruh alkohol seorang pemuda dari desanya itu melempar botol minuman keras ke arah makam. Anehnya, sesampainya di rumah pemuda itu dipenuhi dengan bercak-bercak merah yang berubah menjadi borok mengerikan di sekujur tubuhnya. Saat itu medis yang melakukan pemeriksaan sekalipun tidak memahami penyakit tersebut.

"Dokter tidak tahu itu penyakit apa, tak lama dia sakit itu setelah diperiksa dokter selang beberapa jam dia meninggal," katanya.

Cerita lain yang juga dikaitkan dengan kemistisan makam disampaikan Saenudin. Ia pernah mendengar kabar tewasnya seorang bocah setelah bermain dan duduk di atas batu besar dekat makam. Ada yang melihat bahwa batu besar itu menerbangkan sang bocah jauh melesat ke langit. Kemudian turun dengan perlahan dan ditemukan anak itu terkapar tewas tanpa sebab.

"Itu menurut cerita yang saya dengar dari Desa Tanjung. Dulu yang sering main ke makam itu masyarakat dari Tanjung," kata pria yang kesehariannya memancing ikan ini.

Namun seiring dengan perkembangannya, saat ini makam telah mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten sebagai tempat wisata religi yang kental dengan nilai budayanya. Makam Medana pun kini telah dalam proses renovasi, yakni dengan membangun beberapa tugu pembatas agar tidak terkikis gelombang air laut. Guna melestarikan peninggalan sejarah yang mengangkat nama daerah. (umi)

Baca berita menarik lainnya: