Ingin Punya Anak Melalui Inseminasi? Ini Kisaran Harganya

Nia Rachmawati, ibu bayi kembar lima di Surabaya
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Zumrotul Abidin

VIVA.co.id - Peristiwa lahirnya lima bayi kembar hasil inseminasi yang dialami pasangan Hari Saputra dan Nia Rachmawati, Jumat, 19 Juni 2015 lalu, telah menunjukkan kepada publik akan kemajuan teknologi di dunia kedokteran Tanah Air, khususnya seputar reproduksi.

Seperti Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB) yang telah dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo Surabaya. Melalui TRB, RS ini menawarkan dua cara alternatif untuk memiliki anak tanpa hubungan seks yakni dengan inseminasi buatan dan bayi tabung.

Dalam setahun, rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur itu setidaknya bisa menangani program inseminasi dan bayi tabung sebanyak 200-300 pasangan. Bahkan, inseminasi pertama kali bisa menghasilkan lima bayi kembar. Seperti yang dialami pasangan Hari Saputra dan Nia Rachmawati.

Kepala Divisi Fertilitas dan Endokrinologi Reproduksi Departemen Obstetri-Ginekologi (obgin) RSUD dr Soetomo Surabaya, dr Relly Yanuari Primariawan, Sp.OG menjelaskan banyak tentang proses inseminasi dan bayi tabung hingga bisa sukses dan berhasil sampai kembar lima.

Kata dia, inseminasi adalah proses reproduksi dengan memasukkan sperma yang paling bagus kualitasnya ke dalam rahim. Untuk memilah sperma terbagus ini, tim laboratorium lah yang melakukan pemilahan.

Sperma dengan kualitas bagus, dilihat dari kuantitasnya, yaitu berkonsentrasi di atas 10 juta permililiter. Dari 10 juta permililiter tersebut dipreparasi untuk mendapatkan sperma yang benar-benar berkualitas sekurang-kurangnya satu juta permililiter.

Sebelum dilakukan inseminasi, sel telur diberi obat terlebih dahulu untuk penyuburan. Setelah beberapa hari, ada cek USG untuk melihat apakah sel telur telah matang.

“Jika sel telur sudah matang dan sperma terbaik sudah terpilih, inseminasi siap dilakukan,” ujarnya kepada VIVA.co.id, Minggu 21 Juni 2015.

Risiko

Dalam prosesnya, sperma dimasukkan ke rahim menggunakan selang kecil melalui jalan lahir (vagina). Aksi sperma di dalam rahim inilah yang sulit dikontrol dalam menentukan hasil menjadi janin. Sebab, risiko yang dihadapi sang ibu yaitu kehamilan lebih dari satu dan kembar.

Hal ini terjadi karena pemberian obat-obatan penyubur di sel telur yang reaksinya berlebihan daripada yang diharapkan.

“Misalnya kita berharap tiga-empat telur yang matang, ternyata berkembang menjadi 15-20 telur. Risiko lainnya, sang ibu mengalami gangguan sirkulasi darah, pernafasan susah atau sesak, dan kekurangan cairan di rongga paru-paru,” katanya.

Sedangkan risiko terhadap janin inseminasi, yakni janin kembar banyak, risiko terjadi kelahiran prematur, sehingga perawatan bayi yang lebih lama.

“Seperti kasus Nia (ibu dari bayi kembar lima) ini, lima sel telur yang telah matang dipecahkan oleh semprotan sperma,” katanya.

Padahal, tingkat keberhasilan kehamilan inseminasi itu sekira 20-25 persen. Terjadi kehamilan kembar kemungkinan sebesar 30-35 persen. Berbeda dengan bayi tabung, tingkat keberhasilannya lebih tinggi yakni 47-48 persen.

“Kalau bayi tabung itu yang dimasukkan ke rahim adalah embrio (calon janin). Artinya sel telur sudah dipecahkan oleh sperma saat di luar rahim. Ini relatif bisa terkontrol. Inilah bedanya inseminasi dan bayi tabung,” kata dokter yang pernah belajar Endoskopi Ginekologi di Jerman ini.

Alternatif murah

Kini, TRB pun dikatakannya bisa menjadi alternatif bagi pasangan yang belum berhasil memliki anak dengan hubungan seksual. Biaya yang harus dikeluarkan untuk inseminasi lebih murah daripada bayi tabung.

“Biaya inseminasi antara Rp2 juta sampai Rp2,5 juta. Kalau bayi tabung mahal dan tergantung usia. Biayanya antara Rp50 juta sampai Rp55 juta,” katanya.