Mengenal Tradisi Reinkarnasi Leluhur di Bali

Ritual Meluasan.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Dody Handoko
VIVA.co.id -
Terdapat sebuah tradisi unik di Bali tentang roh. Ketika seorang bayi terlahir, orang tua dan keluarga sang bayi akan mendatangi seorang dukun untuk menanyakan siapa gerangan leluhur yang bereinkarnasi.

 

Mereka percaya bahwa bayi tersebut merupakan reinkarnasi nenek atau buyut yang telah meninggal untuk memperbaiki karmanya. Untuk mengetahui siapa leluhur yang bereinkarnasi, keluarga menanyakan pada dukun yang disebut balian meluasan.

 

"Melalui sebuah ritual, roh leluhur yang bereinkarnasi akan memasuki tubuh balian. Balian inilah yang bertindak sebagai audiens untuk melakukan dialog antara pihak keluarga dan roh leluhur," ujar budayawan Bali, Nyoman Suwarna.

 

Ada kisah menarik tentang meluasan ini. Turunnya roh leluhur ditandai dengan kesurupan. Mata sang dukun akan terpejam dan tiba-tiba perilakunya berubah.  Saat kesurupan sang dukun meminta pihak keluarga yang memohon petunjuk menghaturkan sesaji di sebuah tempat suci di depan rumah sang dukun. Katanya, roh yang diminta hadir tak mau masuk karena sesuatu hal.

 

Salah seorang dari keluarga itu bergegas ke depan rumah sang dukun dengan sesajinya. Sejurus kemudian sang dukun terbatuk-batuk dan minta arak. Lalu sang dukun memanggil sejumlah nama dari anggota keluarga yang hadir.
 
"Aneh memang, sang dukun yang tidak tahu keberadaan keluarga tersebut, apalagi namanya, tiba-tiba dengan lancar mengeja satu per satu nama orang yang ada di hadapannya," ujarnya.
 

Sang dukun menyebut dirinya adalah roh seorang kakek dari keluarga tersebut yang berinkarnasi pada sang bayi yang baru lahir. Dengan cekatan, ia menyebut namanya dan memperlihatkan gerak-gerik yang sama dengan sang kakek saat masih hidup.

 

Kemudian sang kakek menyampaikan amanat serangkaian upacara yang akan dilaksanakan untuk sang bayi. Ia meminta sebuah kain dan pakaian adat Bali. Sebelum meninggalkan raga sang balian, sang kakek kembali meminta seteguk arak.

 

Menurut keluarga tersebut, semasa hidupnya sang kakek memang suka minum arak. Dalam kondisi apapun, sang kakek tidak pernah melupakan araknya. Arak menjadi bagian dari hidupnya. Kematiannya pun disebutkan sebagai dampak minum arak. Keluarga meyakini, roh yang memasuki raga sang balian adalah sang kakek.

 

Tradisi meluasan tidak hanya dilakukan untuk menanyakan leluhur yang bereinkarnasi, tetapi juga serangkaian upacara Ngaben. Sebelum upacara Ngaben dilaksanakan, keluarga menanyai roh orang yang meninggal lewat dukun. Lelakunya ada dua macam.

 

"Kalau jasadnya masih disemayamkan di rumah, pihak keluarga menghaturklan sesaji di dekat jenasah untuk minta roh orang yang meninggal  menuju tempat dukun yang akan dijadikan medium," katanya.

 

Bila jasadnya sudah dikubur, keluarga akan menghaturkan sesaji di kuburan,  minta rohnya hadir di tempat dukun yang akan dijadikan medium untuk diajak berdialog. Setelah rangkaian upacara ini dilaksanakan, barulah pihak keluarga menuju rumah dukun.