Muhammadiyah Tepis Beda dengan Pemerintah soal Idul Adha

Pemantauan hilal
Sumber :
  • FOTO ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang
VIVA.co.id - Kementerian Agama menggelar sidang isbat untuk menentukan 1 Zulhijah 1436 Hijriah atau Hari Raya Idul Adha 2015 pada Minggu, 13 September 2015. Sementara Muhammadiyah sudah menetapkan Idul Adha tahun ini pada 23 September 2015.

Muhammadiyah menepis berbeda metode penentuan Hari Raya Kurban itu karena sudah ditentukan jauh-jauh hari. Pada dasarnya, Muhammadiyah maupun Kementerian Agama dan Nahdlatul Ulama serta sejumlah ormas Islam menerapkan metode hisab atau perhitungan astronomis. Berdasarkan metode hisab itu memang diketahui 1 Zulhijah 1436 Hijriah jatuh pada 23 September 2015.

"Penentuan 1 Zulhijah ini sudah ditetapkan sebelum Ramadhan, jadi tanggal 1 Zulhijah itu pada Rabu, 23 September 2015," kata Wakil Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah, Ma'rifat Imam, di kantor Kemenag, Jakarta, Minggu petang, 13 September 2015.

Ma'rifat menjelaskan, Kementerian Agama juga mewajibkan penggunaan metode hisab didukung rukyatul hilal atau pengamatan terhadap bulan sabit yang menandai awal bulan baru. Sementara Muhammadiyah cukup menggunakan hisab, tanpa rukyatul hilal.

Memang ada perbedaan parameter ketinggian hilal dalam penerapan metode hisab. Kementerian Agama berpatokan pada keputusan Majelis Brunei Indonesia Malaysia (Mabim) yang menetapkan ketinggian minimum hilal 2 derajat di atas ufuk untuk menetapkan bulan baru. Sedangkan Muhammadiyah tak berpatokan pada keputusan itu.

"Muhammadiyah tidak memperhatikan berapa derajat, yang terpenting sudah di atas ufuk atau horizon atau nol derajat lebih," katanya.

Selain itu, kata Ma'rifat, dalam menentukan ketinggian hilal, Muhammadiyah juga mengacu pada landasan hisab Bumi.

"Jadi, kalau dikatakan Muhammadiyah selalu berbeda dengan Pemerintah, salah itu. Dari perhitungan yang beda (Pemerintah) nanti juga akan ada hitungannya. Yang menjadikan perbedaan itu ketinggian hilal di bawah dua derajat," katanya.

Hal yang lebih ditekankan lagi, dia menambahkan, Muhammadiyah tidak pernah mempermasalahkan masalah posisi hilalnya, tetapi ketika akhir bulan sudah terjadi istima atau konjungsi edaran Bulan dan Matahari pada satu garis bujur.

"Itu jadinya saat Matahari terbenam, hilal sudah di atas ufuk. Maka kami berpendapat dalam penentuan hilal tidak harus diliat dari hisab Bumi," ujarnya.