DPR: Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Belum Maksimal
Kamis, 24 September 2015 - 05:24 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
VIVA.co.id
- Tim pengawas DPR RI menilai bahwa pelayanan kesehatan bagi jemaah haji Indonesia belum maksimal. Kendala utama adalah peralatan medis dan mobil ambulans yang sangat terbatas.
Ketua Pengawas Haji Komisi VIII, Saleh Daulay, mengatakan hal itu diketahui dari penjelasan langsung dari beberapa petugas Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) di Mekkah, ketika tim pengawas DPR melakukan kunjungan dan pemeriksaan.
Baca Juga :
"Kesulitannya, tidak semua jemaah bisa menjelaskan penyakitnya kepada apoteker. Karena itu, tidak jarang mereka juga tidak bisa membeli obat. Selain itu, tidak semua obat bebas diperjualbelikan di apotek-apotek Saudi," ujar dia.
Menurut keterangan petugas BPHI, kata Saleh, mereka juga terkendala dengan mobil ambulans. BPHI yang operasionalnya di bawah Kementerian Kesehatan hanya memiliki sembilan ambulans. Sementara, ada tiga ambulans yang tidak bisa beroperasi.
Untuk menutupi kecukupan ambulans, BPHI terpaksa meminjam mobil-mobil yang dimiliki oleh kementerian agama. Sayangnya, mobil-mobil yang dimiliki kementerian agama banyak yang keluaran lama, sehingga terkadang ada yang bermasalah di tengah jalan.
"Kalau ada ambulans yang membawa pasien lalu mogok, tentu itu sangat riskan. Ambulance itu kan diperlukan untuk membawa pasien segera ke BPHI, atau ke rumah sakit. Kalau mogok, ya itu akan menjadi masalah besar," katanya.
Selain itu, bus-bus Safari Wukuf dinilai juga masih kurang. Dengan jumlah jemaah risti seperti sekarang ini, bus-bus safari wukuf itu menjadi penting. Dengan adanya bus-bus itu, jemaah yang sedang sakit tetap dimungkinkan untuk dibawa ke padang Arafah untuk melakukan wukuf meskipun tetap berada di dalam bus.
"PPIH hanya menyediakan 10 bus untuk safari wukuf. Kapasitasnya hanya bisa mengangkut 125 jemaah. Bus safari wukuf itu didesain bagi pasien yang masih memungkinkan untuk dibawa ke Arafah. Para pasien tetap di dalam bus. Bus telah dimodifikasi sedemikian rupa bagi pasien. Mereka bisa berbaring ataupun duduk. Sementara, pengobatan dan alat-alat medis tetap melekat di tubuh mereka," kata mantan ketua umum PP Pemuda Muhammadiyah itu. (asp)