Buronan Pembunuhan Salim Kancil Sembunyi di Rumah Anaknya

Balai Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, tempat penganiayaan Salim alias Kancil pada Rabu, 30 September 2015.
Sumber :
  • VIVA.co.id/D.A. Pitaloka
VIVA.co.id - Tinarlap alias Lap (47), buronan kasus tambang berdarah di Lumajang dan ditangkap di Kotabaru, Kalimantan Selatan, tiba di Markas Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur di Surabaya, Sabtu, 14 November 2015. Tinarlap langsung menjalani pemeriksaan di ruang penyidikan Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum).

Kepala Bidang Humas Polda Jatim, Komisaris Besar Polisi Raden Prabowo Argo Yuwono, membenarkan bahwa buron kasus Lumajang sudah tiba di Mapolda Jatim. "Tersangka langsung menjalani pemeriksaan," katanya kepada wartawan.

Dia menjelaskan, Tinarlap diterbangkan dari Banjarmasin pada pukul 12.30 WIB. Dia dikawal empat polisi dari Polda Jatim dan Polres Lumajang. Tinarlap kabur dari Lumajang pada malam setelah peristiwa pembunuhan aktivis Salim Kancil dan pengeroyokan Tosan pada 26 September 2015. Ia kabur menuju Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, lalu menumpangi kapal laut dan berlabuh di Batu Licin, Kalimantan. Setelah itu dia ke Kotabaru.

Kotabaru menjadi tujuan karena di sana tinggal anak tersangka yang bekerja di tambang batu bara. "Anaknya tersangka tinggal di Kecamatan Pamukan Utara, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Di rumah anaknya tersangka tidak bekerja.

Polda Jatim, kata Argo, baru bisa mendeteksi keberadaan Tinarlap pada Rabu, 11 November 2015. Saat itu juga Polda berkoordinasi dengan Polres Kotabaru untuk memeriksa dan menangkap Tinarlap. "Dicek identitasnya ternyata benar buronan dimaksud, lalu dilakukan penangkapan. Saat ditangkap tersangka tidak melawan," ujarnya menambahkan.

Berdasarkan keterangan saksi, Tinarlap adalah satu dari anggota Tim 12, tim pengawas tambang ilegal yang dikelola Kades nonaktif Selok Awar-awar, Pasirian, Lumajang, Hariyono, tersangka utama kasus itu. "Peran tersangka Tinarlap, dia ikut melakukan pengeroyokan Tosan. Tapi masih kita dalami lagi."

(mus)