Beginilah Detik-detik Terakhir Jatuhnya AirAsia QZ8501

Badan Pesawat AirAsia Tiba di Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Zabur Karuru

VIVA.co.id - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akhirnya merampungkan investagi terkait tragedi jatuhnya pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8510 tujuan Surabaya ke Singapura. Dari penyelidikan, terungkap detik-detik sebelum pesawat tersebut jatuh.

Kepala Sub Komite Kecelakaan Udara KNKT, Captain Nur Cahyo, Selasa 1 Desember 2015, mengatakan pesawat yang mengudara 26 menit sejak lepas landas, tercatat terjadi empat kali aktivasi tanda peringatan (master caution), karena terjadinya gangguan pada sistem Rudder Travel Limiter Unit (RTLU), atau sistem pengatur navigasi yang ada di ekor pesawat.

Saat itu, pesawat lepas landas dari Bandara Juanda pukul 05.35 WIB. Sejak pukul 06.01 WIB, gangguan yang terjadi, ternyata mengaktifkan Electronic Centralized Aircraft Monitoring (ECAM).

"Berdasarkan message (pesan) ini, awak pesawat melaksanakan perintah recovery, atau langkah perbaikan sesuai dengan langkah-langkah yang tertera pada ECAM, atau buku panduan pilot Airbus," ujar Nurcahyo di KNKT.

Namun, setelah melakukan prosedur perbaikan, kerusakan masih terdeteksi, sehingga pilot berimpovisasi melakukan langkah yang mirip, jika Curcuit Breaker (CB) diriset saat pesawat masih di darat, sehingga mengaktifkan tanda peringatan kelima yang memunculkan pesan di ECAM berupa AUTO FLT FAC 1 FAULT dan keenam yang memunculkan pesan di ECAM berupa AUTO FLT FAC 1+2 FAULT, yang membuat sistem autopilot menjadi tidak aktif dan pesawat harus dikemudikan secara manual.

Ternyata, lanjut Nurcahyo, pesawat jenis Airbus tergolong sulit untuk dikendalikan secara manual oleh dua pilot sekaligus. Sebab, kedua kemudi kedua pilot tidak saling terhubung satu sama lain.

"Pengendalian awak pesawat secara manual, selanjutnya menyebabkan pesawat mendongak dan masuk dalam kondisi yang disebut sebagai ‘upset condition’, atau pesawat kehilangan kemampuan untuk terbang, sehingga jatuh atau stall," katanya.

Nurcahyo menambahkan, atas hasil investigasi tersebut KNKT telah menerbitkan rekomendasi kepada Indonesia AirAsia, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Airbus, Federal Aviation Administration (FAA, Amerika), and European Aviation Safety Administration (EASA).

"Pihak Indonesia AirAsia juga menyampaikan bahwa telah melakukan 51 tindakan perbaikan, sebagai upaya menindaklanjuti kejadian tersebut," kata Nurcahyo.

Seperti diketahui, pada 28 Desember 2014, sebuah pesawat Airbus A320 yang dioperasikan oieh PT Indonesia AirAsia dalam penerbangan dari Bandar Udara Juanda berangkat jam 05.35 WiB, Surabaya menuju Bandar Udara Changi, Singapura, dengan ketinggian jelajah 32 ribu kaki di atas permukaan air laut.  Pesawat diperkirakan tiba di Singapura pada jam 08.36 waktu Singapura, atau 07.36 WlB.

Di dalam pesawat, terdapat 162 orang yang terdiri dari dua pilot, empat awak kabin, dan 156 penumpang termasuk seorang engineer. Seluruh penumpang ditemukan dalam kondisi tewas akibat kecelakaan tersebut.

(asp)