Pengikut Eks Gafatar Disarankan 'Cuci Otak Ulang'

Sumber :
  • Foto: Tudji Martudji/VIVA.co.id.
VIVA.co.id - Doktrin menyimpang warga eks pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang dipulangkan dari Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, dianggap telah mengakar. Sejumlah kalangan menganggap upaya karantina sesaat terhadap mereka tak cukup untuk bisa memulihkan keyakinan mereka.

Sejumlah pakar menilai para eks Gafatar itu akan sulit membaur di masyarakat. Soalnya perilaku beragama mereka yang cenderung tak lazim tentang pemahaman agama Islam yang benar. Satu-satunya cara adalah dengan cuci otak ulang atau upaya rekayasa pembentukan ulang tata berpikir, perilaku dan kepercayaan.

"Mereka harus kita cuci otak ulang. Tidak cukup hanya dilakukan (karantina) lima hari saja," kata Muhammad Adnan, pengamat dan juga pengajar Fakultas Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, pada Rabu, 27 Januari 2016.

Menurut Adnan, upaya pembinaan selama lima hari yang dilakukan pemerintah kepada eks Gafatar di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, tidak bisa dilakukan hanya saat karantina. Mereka yang masuk dalam daftar tokoh Gafatar harus benar-benar dipastikan telah berubah, baru dibolehkan kembali ke masyarakat.

"Ada yang cepat sadar namun ada pula yang lambat lambat (sadarnya). Kalau yang cepat sadar, ya, dikembalikan ke keluarganya enggak apa-apa," ujar mantan Ketua NU Jawa Tengah itu.

Teknis cuci otak ulang, menurut Adnan, bisa dilakukan tim trauma healing melalui penyadaran ilmu-ilmu keagamaan. Seperti halnya memperdalam ilmu Alquran bagi yang muslim. Bagi yang nonmuslim bisa dikonsultasikan kepada tokoh agama sesuai kepercayaannya.

Upaya cuci otak ulang itu penting mengingat sebelumnya para pengikut Gafatar telah sedemikian rupa didoktrin ajaran tertentu. Hal itu terbukti saat mereka nekat meninggalkan keluarganya atas bujukan semu para tokoh di Gafatar.

"Ini artinya, pikiran mereka mau enggak mau harus rasional lagi. Apalagi, meninggalkan istri, itu berdosa besar," kata dia. (ren)