Sita Buku soal Komunisme, TNI Disebut Tebarkan Ketakutan

Komandan Kodim 0712/Tegal Letkol Inf Hari Santoso menunjukkan lima judul buku tentang Partai Komunis Indonesia (PKI) yang disita dari sebuah mal, di Kodim 0712 Tegal, Jawa Tengah, tahun lalu.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

VIVA.co.id – Penarikan buku-buku yang dianggap berkaitan dengan paham Sosialisme maupun Komunisme dilakukan aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI) beberapa hari terakhir. Komando Teritorial TNI di sejumlah daerah bahkan dilaporkan melakukan razia di mal untuk menyita buku-buku tentang Komunisme.

Anggota Komisi III DPR, Masinton Pasaribu mengatakan, tindakan TNI itu terlalu berlebihan. Masinton menilai, aparat tidak mengerti soal paham Kiri malah memunculkan ketakutan.

"Jangan terlalu over ini juga, memunculkan paranoid," kata Masinton ketika berbincang dengan VIVA.co.id di Jakarta, Kamis, 12 Mei 2016.

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini menilai, munculnya isu-isu ketakutan terhadap Komunisme adalah hal aneh. Pasalnya, isu tersebut tak lagi relevan dengan keadaan Indonesia saat ini.

"Ya itu kan tiba-tiba muncul, ya kami enggak tahu ini (pengalihan isu atau bukan). Intinya, udah enggak relevan," ujarnya.

Masinton juga menilai, tindakan aparat berlebihan karena menyita buku yang ditulis dalam konteks akademik. Artinya, buku tersebut adalah naskah pengetahuan dan bukan hasutan agar pembaca menjadi pengikut Komunisme.

"Padahal bukan buku-buku yang bersifat propaganda. Buku-buku itu kan untuk akademis," katanya menjelaskan.

Hal tersebut disampaikan Masinton menyusul makin gencarnya aparat TNI melakukan inspeksi hingga penyitaan barang-barang yang dianggap mengandung simbol Partai Komunis Indonesia (PKI). Bahkan belakangan buku-buku soal Komunisme juga disita oleh aparat.

Masinton berharap, fenomena Orde Baru tak dimunculkan kembali.

"Dahulu rezim Orde Baru anti terhadap pikiran yang berbeda dan memberangusnya. Buku dilarang, gagasan dibungkam dan (yang) protes dipenjarakan."

(mus)