Ratusan PSK di Semarang Diusir karena Membandel

Ilustrasi/Prostitusi.
Sumber :
  • REUTERS

VIVA.co.id - Sebanyak 150 pekerja seks komersial (PSK) di kawasan lokalisasi prostitusi Sunan Kuning Semarang, Jawa Tengah, terpaksa harus angkat kaki dari kompleks itu. Sebagian besar mereka yang diusir adalah PSK asal sejumlah daerah di Jawa Barat.

Ketua Resosialisasi Argorejo Sunan Kuning Semarang, Suwandi, mengaku terpaksa mengusir paksa ratusan anak asuhnya karena tak mematuhi aturan pengurus resosialisasi yang telah dijalankan selama bertahun-tahun.

"Kita pulangkan mereka karena disinyalir biang penyakit. Kita enggak mau ada satu-dua wanita justru menggagalkan program pengentasan yang sedang digalakkan selama ini," kata Suwandi di Semarang pada Kamis, 21 Juli 2016.

Suwandi menyebut mereka yang dipulangkan rata-rata berasal dari Bandung, Indramayu, Banten, hingga Jakarta. Pelanggaran mereka rata-rata karena tidak taat aturan program pelatihan usaha, serta selalu absen saat pemeriksaan rutin penyakit kelamin. 

"Karena tujuan utama kita pengentasan, dan kita ingin menjadi lembaga resos yang memadukan peran warga dan bekas PSK sebagai motor kesejahteraan sosial," ujarnya. 

Terusirnya 150 PSK dari kompleks Sunan Kuning, kata Suwandi, kini jumlah anak asuh yang masih ada tinggal 400 orang. Pengurus menargetkan berbagai program yang digalakkan kepada para PSK itu setidaknya akan mampu mengentasakan 30-40 persen PSK tiap tahun.

Lokalisasi percontohan

Meski bisnis esek-esek ini masih beroperasi, secara berkala pengelola resosialisasi selalu menghadirkan petugas Dinas Sosial, Komisi Perlindungan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan Dinas Kesehatan untuk memberikan beragam pelatihan kewirausahaan, penyuluhan, pemeriksaan kesehatan bagi mereka.

"Sejak beroperasi pada 1966 silam sampai sekarang, berbagai pelatihan tak pernah berhenti diberikan buat anak asuh di sini. Sunan Kuning kini jadi percontohan lokalisasi berbasis resosiliasi di Asia Tenggara," ujar Suwandi.

Angka penularan penyakit HIV/AIDS maupun raja singa alias GO telah turun drastis hingga melampaui target yang diberikan pemerintah pusat. Peran aktif KPAI selama ini mampu meningkatkan kesadaran akan bahaya hubungan seks tanpa kondom.

"Tahun ini turun 16,1 persen. Saya bangga akan hal itu. Maka ini harus terus dipertahankan," ujar Suwandi.