Gempa Pidie Jaya, Kemensos Fokus di 4 Titik Pengungsian

PENGUNGSI KORBAN GEMPA PIDIE JAYA
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Tim Layanan Dukungan Psikososial Kementerian Sosial telah melakukan Rapid Assessment, atau Kaji Cepat korban gempa Aceh di lokasi pengungsian Kabupaten Pidie Jaya, yakni Meunasah Jurong, Meunasah Balek, Meuraksa Barat, dan Paru Keude.

"Untuk sementara ini tim berfokus di empat titik pengungsian yang jumlahnya cukup besar. Assessment utamanya dilakukan pada kelompok rentan, yakni lansia, disabilitas, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak anak. Serta, warga yang ditinggalkan anggota keluarganya (meninggal)," kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, lewat rilis yang diterima.

Dikatakan, hasil kaji cepat ini nantinya akan menjadi dasar pemberian layanan kepada pengungsi, terutama berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasarkan data ini, tim juga akan menentukan intervensi, atau aktivitas lanjutan untuk mengurangi dampak negatif dari gempa.

"Rapid Assessment biasanya dilakukan dalam rentang waktu hari pertama sampai hari ke-4 kejadian bencana. Ini sebagai data awal yang menjadi dasar untuk menyusun program layanan dukungan psikososial selanjutnya," tambah Mensos

Koordinator Tim Layanan Dukungan Psikososial Kemensos, Milly Mildawati mengungkapkan, hasil kaji cepat pada pengungsi yang kehilangan anggota keluarganya menunjukkan bahwa mereka masih sangat berduka. Mereka juga ketakutan berada di dalam ruangan dan lebih memilih berada di luar rumah, beraktivitas, dan tidur di tenda-tenda.

"Kondisi ini, agak berbeda dengan warga yang tinggal di pesisir pantai. Ketakutan mereka berbeda, dua kali lipatnya. Mereka takut berada di dalam ruangan dan takut tsunami, karena rumah mereka berada di bibir pantai," ujar Milly, yang juga merupakan Kepala Pusat Kajian Bencana dan Pengungsi Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.

Milly mengungkapkan bahwa tim dukungan psikososial mendapati anak-anak yang masih mengalami rasa takut, terlebih saat terjadi gempa susulan. Mereka umumnya menunjukkan reaksi tubuh gemetar hebat, panik, saling berpelukan dan menjerit.

"Untuk hasil assessment pada penyandang disabilitas, diketahui jumlahnya lebih sedikit, jika dibandingkan kelompok rentan lainnya, meski mereka tetap kami utamakan. Misalnya ada yang mengalami gangguan berjalan, kami gali kebutuhannya, dan mereka memerlukan alat bantu berjalan (tongkat), atau kursi roda," kata Milly.

Berikut Hasil Rapid Assessment di empat titik lokasi pengungsian:

1. Meunasah Juroeng
Jumlah pengungsi total 1.300 jiwa
Jumlah data terpilah:
Balita: 150 orang                             
Ibu hamil: 20 orang                
Ibu menyusui: 30 orang
Lansia: 60 orang                            
Anak disabilitas: tujuh orang
Dewasa disabilitas: satu orang    

2. Meunasah Balek
Jumlah pengungsi total 1666 orang
Jumlah data terpilah :
Anak balita : 135 orang
Anak usia SD : 175 orang
Ibu hamil : 15 orang
Ibu melahirkan : lima orang
Disabilitas: sembilan orang

3. Paru Keude
Jumlah pengungsi: 2100 orang
Jumlah data terpilah:
Balita: 222 orang
Lansia: 350 orang
Korban meninggal: dua orang

4. Meuraksa
Jumlah pengungsi total 1.535
Data kelompok rentan:
Balita: 135 balita
Lansia: 150 orang
Korban meninggal: empat orang

(asp)