Korban Banjir Bima, Tiga Hari Baju Basah dan Kelaparan

Bencana banjir bandang yang melanda Kota Bima Nusa Tenggara Barat, Rabu (21/12/2016). Lebih dari 100 ribu orang terdampak akibat bencana ini.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Didin

VIVA.co.id – Banjir bandang di Kota Bima Provinsi NTB sejak Rabu lalu, hingga kini masih terjadi. Walau mulai surut, namun mayoritas warga memilih tetap di pengungsian. Sejumlah tempat pengungsian seperti Masjid Sultan Salahudin, masih dijadikan tempat mengungsi sementara, hingga Sabtu, 24 Desember 2016 malam ini.

Namun, karena kondisi banjir yang terus terjadi dan akses masuk Kota Bima terputus, penyaluran bantuan makanan dan pakaian serta selimut, mengalami kesulitan.

Bahkan Bupati Bima Indah Damayanti Putri, turun langsung ke beberapa kecamatan dan desa di Kabupaten Bima yang tidak terkena banjir, untuk bisa membantu membuatkan makanan.

Asdar, salah satu warga Desa Dena Kecamatan Madapangga Bima, mengatakan bantuan yang mereka kirim untuk makanan sudah sejak Jumat kemarin. Bahkan banyak warga yang gotong royong membuat dapur umum dan kemudian dibawa ke Kota Bima.

"Malam ini juga kami bawa, karena kabarnya banyak kelaparan dan kedinginan," kata Asdar kepada VIVA.co.id.

Arwan Darmawan, salah satu warga Kota Bima jug menuturkan bagaimana kondisi mereka saat ini.

"Cobaan terberat dalam hidup. Dari jam 5 sore sampai jam 12 malam berdiri di atas Gunung Parapimpi tunggu air surut. Terus jam 1 malam ketok-ketok kios orang mau beli air minum gara-gara stok air minum habis, anak saya nangis terus minta minum," cerita Arwan.

Tidak ada pakaian yang bisa diselamatkan, kecuali yang dikenakan di badan. Bahkan anak kecil pun harus badan kuyup dan mengenakan pakaian basah hingga dua hari lebih.

"Jam 1 malam jalan kaki dari BTN Gilipanda ke masjid Sultan (sekitar lebih 2 km) depan lapangan merdeka mengungsi karena air naik lagi. Mana hujannya deras, istri sama anak saya basah kuyup. Tapi alhamdulillah tiga hari kena hujan anak saya enggak sakit," tuturnya. (ase)