Rintihan Korban Peringati Setahun Bom Thamrin
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id – Satu tahun telah berlalu, bukan berarti aksi teror bom di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, dilupakan begitu saja. Beberapa korban mengaku gundah hatinya pada peringatan satu tahun aksi teror tersebut.
Salah seorang korban, Ipda Denny Mahieu, yang setahun lalu menjabat Satgatur Polda Metro. Saat bom meledak, Denny sedang berada di pos polisi Thamrin.
"Setiap kejadian pasti dua (korban), kalau tidak jiwa, ya badan. Sekarang kepala masih berat dan biayai sendiri, hampir mendekati Rp600 juta berobat luar," ujar Denny pada awak media, di Thamrin, Jakarta, Sabtu 14 Januari 2017.
Kisah yang sama dituturkan korban lainnya, Chairil, yang mengaku harus menjalani proses pengobatannya sendiri. Ia yang saat kejadian berlangsung berada sekitar 3-4 meter dari bom, harus mengalami patah tangan.
"Tangan patah karena bom isinya baut, jadi harus di-gips selama tiga bulan. Setelah seminggu keluar, saya ke Makassar pakai biaya sendiri," kata dia.
Kegetiran juga dirasakan korban Dwi Siti, yang mengalami luka patah tulang leher belakang. Dwi masih menjalani serangkaian pengobatan untuk meningkatkan kebugaran tubuhnya kembali.
"Luka patah tulang leher belakang. Saya masih dalam proses pengobatan. Saya dapat buku hijau dari LPSK, sangat perlu bagi kita untuk melakukan pengobatan. Tidak hanya badan, tapi juga konseling," tutur Dwi yang merupakan juru bicara komunitas Sahabat Thamrin itu.
Pada 14 Januari 2016, serangan kelompok teroris menggemparkan publik. Ledakan terjadi di kedai kopi Starbucks, Thamrin Jakarta Pusat dan pos polisi Thamrin. Akibat kejadian itu, empat orang terduga teroris yang melakukan penyerangan tewas seketika karena ditembak polisi.