Cuaca Buruk, Warga di Pulau Terluar RI Krisis Pangan

Cuaca buruk dan gelombang tinggi menghantam pesisir Pantai Manado, Sulawesi Utara, Minggu (8/1/2017).
Sumber :
  • ANTARA/Adwit B Pramono

VIVA.co.id – Cuaca buruk masih terjadi di Sulawesi Utara mengakibatkan banyak kapal yang tak bisa berlayar. Imbasnya sejumlah warga yang tinggal di pulau-pulau yang berbatasan dengan Filipina yakni Pulau Marore Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Pulau Miangas Kabupaten Kepulauan Talaud dilanda krisis pangan.

Kepala Biro Ekonomi Pemerintah Provinsi Sulut Franki Manumpil mengatakan hampir dua bulan terakhir, terhitung sejak Desember 2016 lalu, ketersediaan pangan masyarakat di Pulau Miangas dan Pulau Marore menipis karena minim pasokan.

"Tidak ada kapal baik kapal muatan maupun kapal perintis ke dua pulau tersebut akibat cuaca buruk," kata Frangki Manumpil, di Manado, Kamis, 2 Januari 2017.

Menurut Franki, Bupati Kepulauan Talaud, Sri Wahyuni Manalip sudah menyurati Pemprov Sulut meminta bantuan untuk mengatasi krisis pangan di Kepulauan Talaud. Pemprov Sulut kemudian mengambil kebijakan dengan mengirimkan bantuan 1 ton beras ke daerah tersebut.

"Pemprov Sulut membantu menfasilitasi bersama Bulog Sulut agar melakukan pengiriman bahan pangan," ujarnya.

Ia menambahkan pengiriman bahan pangan tersebut akibat kondisi warga di dua pulau tersebut sudah dalam keadaan darurat. "Warga sudah sangat membutuhkan bahan pangan. Dua bulan ini mereka bertahan dengan hasil kebun seperti ubi, pisang dan lain-lain," kata Frangki.

Diketahui jumlah penduduk di daerah Kepulauan Kecamatan Khusus Miangas, Kabupaten Talaud sebanyak 678 jiwa dan di Pulau Kecamatan Khusus Marore Kabupaten Kepulauan Sangihe sebanyak 845 jiwa. Sebagian besar warga di pulau terluar RI itu berprofesi sebagai nelayan.