Bom Kampung Melayu Ternyata Dimulai dari Nusakambangan

Tim Densus 88 Antiteror
Sumber :
  • ANTARA/Muhammad Iqbal

VIVA.co.id – Wakil Kepala Densus 88 Mabes Polri Brigjen Pol Edi Hartono mengungkapkan latar belakang munculnya bom di Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu 24 Mei 2017 lalu. Edi mengatakan, peristiwa itu dimulai dari pertemuan yang digelar terpidana terorisme yang juga pentolan ISIS di Indonesia, Aman Abdurrahman dengan beberapa kepala cabang Jamaah Ansaru Daulah (JAD) --sebuah organisasi yang berafiliasi dengan ISIS.

Pertemuan itu digelar di Lapas Nusa Kambangan, Cilacap, Jawa Tengah, tempat Aman Abdurrahman ditahan. Menurur Edi, pertemuan itu turut dihadiri oleh cabang-cabang JAD dari berbagai wilayah mulai dari Banten, Jawa Barat, sampai Maluku. Isi pertemuan membahas soal seruan juru bicara ISIS yang memerintahkan agar mereka yang tidak bisa berangkat ke Suriah dan Irak dipersilakan melakukan amaliah di negara masing-masing.

"Aman Abdurahman pada Oktober 2014, di Nusakambangan menggelar pertemuan, ada 10 orang, mereka menyamakan persepsi untuk menanggapi seruan Jubir ISIS. Bagaimana untuk penyiapan senjata, penyiapan SDM, siapa yang siap bom bunuh diri, dan pendanaan," kata Edi dalam acara ILC tvOne, Selasa malam, 30 Mei 2017.

Setelah pertemuan itu, kata Edi, cabang-cabang JAD kembali menggelar pertemuan di Malang, Jawa Timur. Isi pertemuan menindaklanjuti pesan dari Aman Abdurrahman, yakni bagaimana menyambut kekilafahan, memperkuat struktur, dan penyiapan pelatihan. 

Kemudian, cabang-cabang JAD tersebut pulang ke daerah masing-masing. Mereka mulai menyiapkan persenjataan seadanya, dan berangkat dari doktrinnya Aman Abdurrahman, yakni silakan bertindak sendiri, tidak usah tunggu perintah.

Dari berbagai rangkaian peristiwa di atas, barulah muncul peristiwa Bom Thamrin, dan Bom Kampung Melayu. Semua itu didalangi oleh JAD Jawa Barat. "Kami dapat katakan, bahwa maraknya aksi-aksi saat ini awalnya dari arahan Jubir ISIS. Dari situlah muncul banyak teror di berbagai wilayah," kata dia.