Menteri Agama Bantah Tuduhan Minum Arak

Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Eka Permadi

VIVA.co.id – Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, membantah tuduhan meminum arak saat meresmikan Sekolah Tinggi Agama Katolik (STAKat) Negeri Pontianak di Jalan Parit H Mukhsin, Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. 

Tuduhan tentang Lukman meminum arak menyebar luas di media sosial sejak beberapa bulan lalu dan dimunculkan lagi belakangan ini.

Lukman menegaskan tidak sedikit pun meminum arak yang disuguhkan dalam acara adat setempat. Lukman menceritakan, dia memang sempat disodori cawan berisi minuman usai mengikuti prosesi adat penyambutan tamu kehormatan yang digelar panitia.

"Setelah prosesi itu, saya disodori cawan berisi arak untuk diminum," ujar Lukman dalam keterangan tertulisnya, Senin, 7 Agustus 2017.

Bahkan, kata Lukman, saat itu Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis, sempat melarangnya meminum arak dan meminta panitia untuk mengganti isi cawan dengan air putih saja. Tapi, permintaan itu urung terlaksana, sebab situasi di lokasi dan waktu sudah tak memungkinkan lagi untuk mengganti arak dengan air putih.

"Pak Gubernur lalu bilang, tidak perlu dihidangkan ke saya. Namun karena penari yang menyuguhkan cawan itu bingung, lantaran dicegah, saya spontan berbisik ke Pak Gubernur, 'bahwa tidak apa-apa. Ini kan hanya simbol saja untuk menghormati adat. Tapi tidak akan saya telan sedikit pun'," kata Lukman.

Lukman mengatakan, saat itu Gubernur Cornelis sempat menyadari bahwa bisa saja apa yang terjadi dengan cawan berisi arak itu akan disalahartikan masyarakat. 

Terutama karena acara itu diliput media massa. Sehingga dianggap bisa menjadi masalah di tengah-tengah kehidupan keagamaan. "Jujur, saya mendapatkan pelajaran lagi. Saya menangkap suatu rasa dalam beragama," ujarnya.

Lukman menilai, saran Gubernur Cornelis sebagai wujud bagaimana beragama dengan rasa. Ia menjelaskan apa yang dilakukan Cornelis sebagai wujud toleransi sesungguhnya.

"Toleransi adalah kemauan dan kemampuan untuk menghormati dan menghargai perbedaan yang ada pada pihak lain. Banyak yang bicara toleransi, tapi lebih banyak menuntut untuk dihargai dan dihormati. Inginnya agar mereka yang berbeda di luar sana harus menghargai dan menghormati dirinya," ujarnya.

Menurutnya, kejadian itu adalah pelajaran baik. Ia menilai beragama tidak cukup dengan logika tapi juga rasa. Ia berharap sebagai umat beragama semakin berkualitas dalam menjalani agama dan keyakinan iman masing-masing," kata Lukman. (ase)