Komnas HAM Sebut Konflik Etnis Rohingya Sama dengan Papua
- www.peterloud.co.uk/Peter Loud
VIVA.co.id – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia menilai ada kesamaan antara konflik etnis Rohingya di Myanmar dengan yang terjadi di tanah Papua.
Atas itu, apa yang dialami orang Papua, jangan sampai begitu saja diabaikan karena mencuatnya konflik etnis yang menimpa minoritas muslim Rohingya.
"Di Myanmar lebih dipengaruhi oleh Rohingya phobia dan Islamophobia. Sedangkan di Papua disebabkan oleh kebencian terhadap ras Melanesia," ujar Komisioner Komnas HAM Natalius Pigae saat dihubungi VIVA.co.id, Kamis, 7 September 2017.
Natalius menyebutkan, apa yang dialami etnis Rohingya di Myanmar merupakan genosida yang dilakukan secara masif dan terstruktur. Kondisi ini juga lah yang kini dialami oleh suku asli Papua, yang kini sedang mengalami ancaman genosida dari kelompok yang anti-terhadap ras Melanesia yang merupakan ras asli Papua.
Baca Juga:
- Papua Menjadi Endemik Malaria Tertinggi di Indonesia
- UNDP: Anak Putus Sekolah Paling Banyak di Papua
"Di Papua phobia itu sudah berlangsung lebih dari 50 tahun. Kebencian karena etnis Papua Melanesia kemudian menyebabkan kepada peristiwa penangkapan, penyiksaan, penganiayaan dan pembunuhan serta diskriminasi atas dasar ras dan etnis," katanya.
FOTO: Aksi masyarakat asli Papua dalam festivel Lembah Baliem beberapa waktu lalu
Indikator dirinya mengatakan seperti hal itu adalah kurangnya perlindungan aparat pemerintahan dan penegak hukum terhadap orang Papua.
"Salah satu indikator yaitu sepanjang Papua terintegrasi dengan Indonesia itu ketika orang Papua memiliki konflik individu dengan orang non Papua, maka aparat keamanan, polisi, TNI atau apa pun itu selalu berada di belakang non-Papua. Tanpa melihat apa yang sebenarnya terjadi," ujarnya.
Natalius pun mencontohkan bentuk diskriminasi lain orang Papua di luar wilayahnya. Di Yogyakarta, misalnya, terjadi penolakan warga kepada orang Papua yang hendak berdomisili di luar daerahnya.
"Kerap terjadi juga kekerasan verbal. Itu berlangsung dari dulu hingga sekarang," katanya.
Atas itu, Natalius mengingatkan bahwa sesungguhnya apa yang kini sedang disuarakan oleh publik terhadap etnis minoritas Rohingya di Myanmar, juga sama terjadi di Indonesia yakni di Papua.
"Kalau ditarik ke Indonesia, yang paling relevan sekali ya di Papua," ujarnya. (ase)