Presidium Alumni 212 Sebut Kebangkitan PKI Semakin Nyata

Alumni Aksi Bela Islam 212 long march ke Kantor Komnas HAM, Jakarta.
Sumber :
  • Syaefullah

VIVA.co.id – Menolak kebangkitan PKI menjadi salah satu agenda dalam aksi 299 yang digelar pada Jumat, 29 September 2017. Aksi yang terdiri dari berbagai elemen dan organisasi massa ini akan terpusat di depan Gedung DPR/MPR RI usai salat Jumat.

Ketua Presidium Alumni 212, Slamet Maarif mengatakan, indikasi kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) semakin menguat dan nyata di Indonesia, padahal Tap MPRS no 25 tahun 1966 belum dicabut.

"Indikasi ini dapat dilihat dengan fakta banyaknya seminar, workshop, temu alumni dan artikel yang mengandung faham komunis dan pro PKI," ujar Slamet dalam konfrensi pers di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 27 September 2017.

Bahkan, ia menyebut ada beberapa anggota Parlemen pun dengan nyata mulai menampakkan dirinya pro PKI dengan menulis buku "Aku bangga jadi Anggota PKI dan anak PKI Masuk parlemen", serta banyaknya pihak yang keberatan dan sewot, ketika ada usulan pemutaran kembali Film G 30 SPKI akhir akhir ini.

Menurutnya, aksi 299 ini adalah gerakan dakwah dan bukan gerakan politik. Jika nantinya gerakan ini ditafsirkan menjadi gerakan politik, katanya, adalah cara berpikir orang orang sekuler yang ingin memisahkan agama dengan negara, memisahkan agama dengan Pancasila.

"Padahal, lslam lah yang memiliki saham terbesar untuk kemerdekaan bangsa dan Pancasila, juga merupakan hadiah terbesar umat islam untuk Indonesia," katanya.

Mengenai alasan aksi 299 dilakukan di gedung DPR, ia ingin DPR tidak diisi oleh pihak-pihak yang ingin mencoba bangkitkan kembali PKI.

"Kenapa kami aksi di depan gedung DPR, karena kami ingin DPR bersih-bersih. Kami ingin memberikan warning kepada anggota DPR. Kalau Tap MPRS dicabut, maka akan berhadapan dengan umat Islam ,sehingga presidium alumni ada garda depan ketika PKI sudah bangkit," ujarnya.