Gunung Agung 'Menggendut', Statusnya Masih Awas

Aktivitas vulkanik Gunung Agung masih fluktuatif. Saat ini gunung di Kabupaten Karangasem Bali ini sedang dalam kondisi kritis.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

VIVA – Dalam beberapa hari belakangan, aktivitas gempa di Gunung Agung menurun drastis. Meski begitu, asap di kawah gunung setinggi 3.142 mdpl itu masih membumbung tebal. Ketinggiannya hari ini terpantau sekira 200-500 meter.

Ketua Tim Tanggap Darurat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk Gunung Agung, Devy Kamil Syahbana menjelaskan, meski kegempaan turun drastis belakangan, Gunung Agung mengalami puluhan ribu gempa dalam sebulan terakhir.

"Ini mengindikasikan adanya magma yang bergerak menuju permukaan. Magmanya masih ada di bawah kawah Gunung Agung, dia tidak hilang. Estimasi kita kemarin ini, sudah ada 18.5 juta meter kubik magma di bawah Gunung Agung," terang Devy, Senin, 23 Oktober 2017.

Menurut Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG itu, adanya magma di perut Gunung Agung terekam oleh peralatan deformasi institusinya. Indikasinya yakni adanya uplifting atau penggembungan di areal puncak Gunung Agung hingga 6 sentimeter.

"Jadi, meskipun jumlah gempa saat ini sama seperti saat Gunung Agung berstatus waspada, tapi dulu itu gunungnya belum gendut. Sekarang dia sudah gemukan. Beda kondisinya," papar Devy.

Selain itu, lanjutnya, uap magma masih terus mengalirkan panasnya ke permukaan. "Hal yang logis karena ada perbedaan temperatur antara magma dengan sekitarnya. Buoyancy dan arus konveksi adalah hukum fisika kenapa asap naiknya ke atas," jelas Devy.

Aktivitas di Gunung Agung pun belum pulih. Tekanan di dalam tubuh Gunung Agung masih banyak dan belum sepenuhnya dilepaskan. Hal itulah yang membuat asap kawah tetap membumbung tinggi meski kegempaan menurun drastis.

Hingga kini, PVMBG masih menetapkan status Gunung Agung berada di level IV atau awas. (ren)