Surabaya Membara, Suara Meriam di Mana-mana

Suasana kolosal Surabaya Membara di Jalan Pahlawan Surabaya, Jawa Timur.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

VIVA – Dentuman berbunyi berkali-kali di kawasan Tugu Pahlawan Surabaya, Jawa Timur, pada Kamis malam, 9 November 2017. Teriakan memekik di tengah-tengah ribuan warga yang tumplek di tengah jalan. Sebagian menutup telinga demi tak terkejut oleh suara ledakan itu. Buuummm. 

Dentuman itu adalah bagian dari drama kolosal Surabaya Membara yang digelar di jalan raya tepat di depan kantor Gubernur Jawa Timur di Jalan Pahlawan. Itu adalah bagian dari peringatan Hari Pahlawan yang secara serentak digelar di seluruh Indonesia pada Jumat, 10 November 2017.

Drama menggambarkan lakon Cak Roeslan Abdulgani dalam pertempuran 10 November 1945. Pertempuran ini dikenal sebagai perlawanan arek-arek Suroboyo dan Jawa Timur mempertahankan kemerdekaan RI yang coba direbut kembali oleh pasukan sekutu dan Belanda, setelah proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.

Cak Roeslan adalah negarawan dan politikus kelahiran Surabaya yang ikut berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan RI. Karena hidup semasa perang senjata melawan penjajahan, maka drama tentang dirinya di sela banyak adegan perang. Sirene dan dentuman bom dan meriam terdengar beberapa kali.

Kolosal Surabaya Membara itu rutin digelar setiap 9 November atau malam peringatan Hari Pahlawan. Lokasinya selalu di Jalan Pahlawan, tepat di depan kantor Gubernur Jatim, gedung cagar budaya yang menjadi saksi sengitnya pertempuran 10 November 1945 silam.

Kolosal melibatkan pemain dari pelajar dan prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat dari Komanda Daerah Militer V/Brawijaya. Lakonnya selalu tokoh kunci pada perang bersejarah itu. Lakon yang pernah dimainkan, di antaranya, Polisi Muhammad Yasin, Bung Tomo, Ahmad Jai, dan kali ini Cak Roeslan.

Sutradara kolosal, Taufik Hidayat, mengatakan bahwa lakon pahlawan selalu ditampilkan untuk mengenang jasa-jasa mereka. Agar generasi sekarang dan akan datang tahu caranya membalas jasa para pahlawan. "Kami ingin negara hadir memperhatikan nasib keluarga dari tokoh-tokoh pahlawan," kata seniman eksentrik biasa disapa Taufik Monyong itu. 

Kolosal berlangsung sekira dua jam, dari pukul 19.00 WIB sampai 21.00 WIB. Pengamatan VIVA, sejak maghrib warga berdatangan memadati sepanjang Jalan Pahlawan. Kantor Gubernur Jatim dan tepi area Tugu Pahlawan dijejali warga. Bahkan, badan jalan raya juga disesaki penonton. 

Saking sesaknya, hampir tidak ada ruang bagi para pemain untuk memainkan adegan-adegannya. Dialog para pemain juga nyaris tak terdengar dikalahkan musik latar, suara penonton dan sirene serta beberapa kali ledakan. "Ambil foto enggak bisa. Penuh," kata seorang penonton yang coba menerabas kerumunan. (ase)