Korban Sandera di Papua Mulai Kehabisan Logistik

Ilustrasi kelompok bersenjata di Papua.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Banjir Ambarita

VIVA – Sekitar 1.300 warga yang tinggal di dua kampung di Tembagapura, areal tambang PT Freeport Indonesia, Timika, Papua, masih disandera kelompok bersenjata. Praktis, aktivitas perekonomian di dua kampung itu lumpuh. Warga terisolir dilarang meninggalkan kampung sejak 7 November 2017 lalu.

Menurut laporan polisi, terdapat sekira 300 warga pendatang yang sebelumnya bekerja sebagai pendulang emas dan pedagang di Kampung Kimbely. Di Kampung Banti, berdekatan dengan Kampung Kimbely, terdapat 1.000 warga asli Papua yang juga dilarang berpergian oleh kelompok itu.

Setelah hampir lima hari disandera, warga yang tinggal di Kampung Kimbely dan Kampung Banti, Timika, kabarnya mulai kehabisan logistik makanan. Tak hanya warga, para kelompok bersenjata juga terancam kehabisan logistik.

"Kondisi keterbatasan logistik bukan hanya masyarkat, tapi kelompok kriminal mulai krisis, kami dapat informasi mereka tidak dapat belanja di masyarakat karena barang menipis," kata juru bicara Polda Papua, Komisaris Besar Polisi Ahmad Mustofa Kamal, kepada tvOne, Sabtu 11 November 2017.

Kepolisian dibantu TNI dan Pemda setempat telah berupaya mengirimkan logistik ke wilayah tersebut, namun masih belum dapat izin masuk ke dua kampung itu. Para penyandera masih menutup akses masuk logistik kepada warga di dua kampung.

"Kami merasakan apa yang dirasakan masyarakat disana, keterbatasan logistik, ini dapat mengganggu kesehatan terutama putra putri mereka," ujar Kamal. (ren)