1.300 Sandra Jadi Tameng Separatis Papua Merdeka

Ketua Gerakan Mahasiswa Papua Indonesia, Habelino Sawaki, di kampus Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat, pada Kamis, 16 November 2017.
Sumber :
  • VIVA/Zahrul Darmawan

VIVA – Organisasi Papua Merdeka diyakini dalang di balik penyanderaan 1.300 warga sipil di dua kampung di Tembagapura, Timika, Papua, sejak 9 November 2017. Kelompok sparatis itu sedang tidak mau bernegosiasi. Mereka menyiapkan para sandera sebagai perisai hidup ketika terjadi kontak senjata dengan aparat.

Ketua Gerakan Mahasiswa Papua Indonesia, Habelino Sawaki, mengatakan itu ketika berbicara dalam sebuah forum diskusi di kampus Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat, pada Kamis, 16 November 2017.

Pemerintah atau aparat, kata Habelino, memang menggunakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) untuk kelompok penyandera, meski sejatinya adalah OPM. Mereka berbasis di Puncak Jaya kemudian bergeser ke Timika.

Dia mengamati, aparat mulai kesulitan bernegosiasi dengan kelompok penyandera itu maupun pimpinan OPM yang memerintahkan mereka. Tokoh masyarakat dan agama pun sudah dicoba untuk membantu bernegosiasi tetapi tak membuahkan hasil.

"Tokoh-tokoh masyarakatnya sudah angkat tangan, tokoh-tokoh gerejanya juga, berarti OPM sedang berada dalam posisi no negotiation (tak mau bernegosiasi),” katanya.

Meski begitu, Habelino mengingatkan, sesungguhnya tetap ada celah atau peluang untuk bernegosiasi meski pemerintah dan aparat mesti lebih bersabar. Soalnya pendekatan kekerasan atau militer dinilai akan lebih banyak merugikan daripada manfaatnya. "Bukan hanya masyarakat Papua tapi juga aparat TNI dan Brimob juga jatuh korban," ujarnya. (hd)