Debat Keempat, TKN: Jokowi Unggul, Prabowo Tanpa Solusi

Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Lilis Khalisotussurur

VIVA – Juru Bicara Tim Kampanye Nasional atau TKN Jokowi-Kiai Ma’ruf, Ace Hasan Syadzily menilai, dalam debat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 keempat, Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo kembali unggul dari Prabowo karena mampu menyampaikan program-program konkret dan menguasai tema yang diperdebatkan.

"Sementara Pak Prabowo sebaliknya, tidak dapat mengelaborasi visi dan misinya di bidang tersebut dengan baik. Prabowo lebih banyak mengkritik, tapi tak menawarkan solusi konkret," kata Ace dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 31 Maret 2019.

Debat keempat yang digelar Sabtu, 30 Maret 2019 malam, bertema Ideologi, Pemerintahan, Pertahanan, Keamanan, dan Hubungan Luar Negeri.

Dalam bidang ideologi, Ace menilai, Jokowi telah menyampaikan langkah-langkah yang lebih maju terkait dengan penanaman ideologi Pancasila kepada generasi muda, dan lebih spesifik, serta solutif dalam menjawab.

"Sementara Prabowo menjawab tentang pendidikan Pancasila dengan program yang sudah berjalan saat ini, yaitu pendidikan sejak dini hingga kuliah S3. Pendidikan Pancasila ini sudah sejak lama telah diberikan dalam dunia pendidikan," ujarnya.

Di bidang pemerintahan, Jokowi menjelaskan dengan sangat baik tentang dua hal, yakni kinerja pemerintahan yang melayani dan pemerintahan yang harus dapat memanfaatkan teknologi informasi, terutama digital. Misalnya soal e-government yang mencakup e-planning, e-budgeting, e-procurement, dan e-reporting.

Sementara Prabowo, menurut dia, hanya kembali mengulang isu lama yang sering dilontarkan soal kebocoran anggaran, tax ratio, korupsi stadium 4, dan kekayaan Indonesia di luar negeri.

"Prabowo tidak menyampaikan secara jelas apa solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dia tuduhkan tersebut. Pertanyaan tentang Mall Pelayanan Publik tidak dapat dijelaskan secara meyakinkan dan terlihat tidak menguasai isu-isu tentang pelayanan pemerintahan," kata Ace.

Dalam bidang pertahanan, Ace menilai, Jokowi menunjukan kepercayaannya kepada TNI sebagai alat pertahanan negara. Sementara Prabowo yang berlatar belakang militer, justru menunjukkan ketidakpercayaannya terhadap kemampuan institusi yang membesarkannya itu.

Apalagi, lanjut Ace, kritiknya soal kemampuan pertahanan Indonesia yang lemah dan anggaran pertahanan yang dinilai rendah, tidak disertai dengan solusi yang masuk akal dan dapat diterima. "Prabowo tidak mampu menjelaskan alternatif program yang dapat memperkuat alat utama sistem persenjataan kita," ujarnya.

Dalam bidang luar negeri, Ace mengatakan, Jokowi telah menyampaikan modalitas Indonesia sebagai penduduk muslim terbesar di dunia, yang menunjukan Islam moderat dan nilai toleransi. Namun sebaliknya, Prabowo justru menunjukan ketidakpercayaannya terhadap kemampuan diplomasi Indonesia, dan selalu merujuk pada keadaan domestik Indonesia.

"Secara umum, Jokowi telah menunjukkan kualitas pemimpin yang matang, teruji dan lebih solutif. Sementara Prabowo menunjukan pemimpin yang emosional dan meledak-ledak. Menyelesaikan persoalan bangsa tak cukup dengan emosional tanpa ketenangan berpikir dalam mencari solusi yang terbaik," ujarnya. (mus)