Cerita Airlangga Saat Golkar Terpuruk dan Jadi Bulan-bulanan

Ketum Golkar Airlangga Hartarto saat acara peringatan HUT Golkar ke-55
Sumber :
  • Dok. Golkar

VIVA - Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menceritakan perjalanan Partai Golkar selama beberapa tahun terakhir ini, termasuk saat Golkar memasuki masa-masa suram ketika pucuk pimpinannya tersangkut kasus korupsi. Airlangga memulai ceritanya saat Golkar dilanda dualisme kepemimpinan pada beberapa tahun sebelumnya.

Namun dualisme itu dapat diatasi di tahun 2016. Ketika Golkar menuju bangkit, justru malah tertimpa musibah kembali dengan pimpinannya saat itu, terkena kasus hukum.

"Dualisme kepengurusan bisa diakhiri setelah terjadi munas luar biasa di tahun 2016 di Bali. Salah satu keputusan penting dalam munas luar biasa adalah menetapkan posisi politik Partai Golkar di mana semula berada di luar pemerintahan bersama Koalisi Merah Putih kemudian berubah menjadi partai pendukung pemerintah Jokowi-JK bersama Koalisi Indonesia Hebat," kata Airlangga di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, JakartaRabu 4 Desember 2019.

Menurut Airlangga, saat itu Golkar memasuki fase yang sangat sulit. Bahkan, dia mengatakan partai berlambang pohon beringin itu sempat menjadi bulan-bulanan di media akibat kasus hukum yang menjerat pimpinan Golkar saat itu.

"Dengan semangat dan posisi politik yang baru kepengurusan hasil munaslub 2016 melaksanakan rekonsiliasi dan konsolidasi organisasi di semua tingkatan tetapi kerja-kerja organisasi tersebut tidak dapat berlanjut karena pucuk pimpinan partai pun ditimpa musibah hukum ketika itu Partai Golkar menjadi bulan-bulanan media terutama berita-berita negatif di media sosial," kata Airlangga.

Adanya peristiwa tersebut, membuat citra Partai Golkar mengalami penurunan. Sampai pada akhirnya terjadi munas luar biasa yang memutuskan dia menjadi ketua umum.

"Citra dan elektabilitas Partai Golkar merosot cukup tajam dalam situasi krusial tersebut mengantarkan terjadinya munas luar biasa tahun 2017 dan saya terpilih sebagai ketua umum secara aklamasi," ujarnya.

Saat itu, Airlangga mengibaratkan Golkar seperti kapal yang tengah dihantam badai. "Golkar memenangkan nakhoda untuk menyelamatkan kapal tersebut sehingga penumpang bisa selamat sampai tujuan," ujarnya.

Setelah terpilih sebagai ketua umum, Airlangga mengatakan, yang pertama dilakukan adalah memperbaiki citra partai. Merebut kembali kepercayaan masyarakat untuk Golkar.

"Saya pun bergerak cepat menyusun strategi kreatif untuk menarik simpati publik dengan mencanangkan sebuah teks lain Golkar bersih, Golkar bangkit. Ungkapan-ungkapan tersebut terasa sangat bertenaga. Golkar bangkit menggema ke seluruh pelosok negeri karena dikumandangkan secara terus-menerus setiap rapat dan pertemuan pertemuan Partai Golkar," ujarnya.