100 Hari Jokowi, Rocky Gerung: Saya Kasih Nilai 9 Untuk Kebohongan

Rocky Gerung dan Fadli Zon di acara ILC tvOne
Sumber :
  • Andry Daud

VIVA – Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin memasuki 100 hari kinerjanya sejak dilantik pada 20 Oktober 2019. Kritikan tertuju kepada Jokowi sebagai kepala negara yang dinilai belum ada prestasi dan janji yang direalisasikan.

Kritikan juga disampaikan pengamat sosial politik Rocky Gerung. Ia menyampaikan pandangannya terkait 100 hari Jokowi-Ma'ruf Amin dalam video youtube Rocky Gerung Official-Resonansi.tv

Selain Rocky, dalam video itu terdapat eks Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu dan eks wartawan senior Hersubeno Arief.

Awalnya Hersubeno meminta penilaian kepada Said Didu terkait kinerja 100 hari Jokowi-Ma'ruf. Said pun menjawab dengan memberikan angka lima dan tiga untuk 100 hari Jokowi dalam dua periode.

"Saya kalau periode pertama akumulasi, itu adalah lima, tapi periode kedua sekarang tiga," kata Said dikutip dari video tersebut, Selasa, 28 Januari 2020. 

Lalu, Hersubeno pun meminta pandangan yang sama terhadap Rocky. Tapi, Rocky di luar dugaan memberikan angka sembilan untuk 100 hari Jokowi. Alasan Rocky untuk angka sembilan ini membuat tertawa Said Didu dan Hersubeno.

"Saya kasih nilai sembilan, sembilan untuk kebohongan," kata Rocky.

Dia menjelaskan argumennya karena Jokowi selaku pemimpin negara belum melakukan tugasnya sesuai konstitusi. Kata Rocky, sesuai konstitusi, Jokowi ditugaskan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan memelihara orang miskin.

"Ukurannya dua aja kan ya, karena itu perintah konstitusi, presiden ditugaskan oleh konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan memelihara orang miskin gitu. Sudah mengalami kemajuan," ujar Rocky.

"Memelihara orang miskin bertambah. Jadi, dua hal itu merupakan tugas wajib presiden dan itu tidak beliau lakukan," tutur Rocky.

Terkait visi misi Jokowi agar RI mandiri, ia sama sekali heran. Sebab, sejauh ini, RI juga masih sebagai negara impor. Jika mandiri maka harus berani mengurangi impor. Produk bawang putih sampai antibiotik pun masih impor dari luar negeri.

"Kita sama sekali enggak mandiri. Karena kalau kita mandiri kita tidak impor dan tidak tergantung kepada luar negeri yang dikeluhkan oleh publik. Jadi, ini bangsa yang memang tidak mandiri," jelasnya.

Begitupun soal gotong royong dalam membangun mengajak masyarakat. Ia juga mengkritisi soal ini. Sebab, sampai sekarang masih terjadi konflik horizontal, bahkan identitas.

"Konflik cebong dam kampret masih berlangsung di mana mau gotong royongnya. Ada gotong royong, untuk gotong royong yang cuma elite kabinet gotong royong berbohong itu," tutur Rocky.

>