Muhammadiyah-NU Mundur dari Program OP, PAN Minta Nadiem Dievaluasi

Pelaksana Harian Ketua Fraksi PAN DPR, Saleh Partaonan Daulay.
Sumber :

VIVA – Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) DPR mendesak Presiden Joko Widodo, untuk mengevaluasi Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Desakan juga muncul setelah dua ormas terbesar dan tertua di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), mundur dari Program Organisasi Penggerak (POP) di Kemendikbud.

Pelaksana Harian Ketua Fraksi PAN Saleh P Daulay mengatakan, Nadiem tidak memahami sejarah bagaimana NU dan Muhammadiyah berjuang dalam bidang pendidikan, sebelum negara merdeka.

"Wajar saja jika kemudian Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah dan LP Ma’arif PBNU mengundurkan diri dari kepesertaan POP. Ini adalah bentuk protes dari kedua organisasi besar dan tertua di Indonesia tersebut. Nadiem tidak peka. Tidak memahami sejarah pergerakan ormas di Indonesia secara utuh," kata Saleh, dalam keterangan pers yang diterima VIVA, Jumat, 24 Juli 2020.

Baca juga: Cak Imin Sarankan Nadiem Segera Sowan ke NU dan Muhammadiyah

Saleh yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah periode 2010-2014 ini mengatakan, Presiden Jokowi adalah pemimpin yang begitu dekat dengan kedua ormas ini. Baik dengan NU apalagi dengan Muhammadiyah.

Dengan kebijakan Nadiem seperti ini, menurut dia, malah tidak sejalan dengan sejarah kedekatan tersebut. "Sikap dan kebijakan Nadiem ini tentu sangat tidak baik. Banyak pihak yang tersinggung. Kebijakan ini pasti tidak sesuai dengan arahan dan keinginan Presiden Jokowi. Apalagi selama ini, presiden sangat dekat dengan Muhammadiyah, NU, dan ormas-ormas keagamaan lain di Indonesia," ujar Saleh.

Pihaknya mendesak, agar Presiden Jokowi melakukan evaluasi terhadap keberadaan Nadiem. Apalagi dalam sejarah pendidikannya, Saleh melihat tidak ada track record Nadiem di bidang pendidikan.

Begitu juga dengan pengalaman Nadiem dalam berbisnis. Usaha yang ditekuninya selama sebelum menjabat, bukan di bidang pendidikan tapi sektor transportasi. Maka, menurut Saleh, perlu bagi Presiden Jokowi untuk mencari pengganti Nadiem yang mengerti masalah pendidikan.

"Insya Allah, tidak sulit mencari pengganti Nadiem ini. Ada banyak sosok dan tokoh yang jauh lebih menguasai persoalan pendidikan. Gendangnya sekarang ada di presiden. Semua pihak sekarang menunggu kapan gendang tersebut akan ditabuh," katanya.