Tolak Wacana Ataturk Jadi Jalan, Fadli Zon Usul Nama Fatih Mehmet II

Fadli Zon diwawancara awak media.
Sumber :
  • VIVAnews/Adi Suparman

VIVA – Anggota DPR RI Fraksi Partai Gerindra, Fadli Zon, tak setuju dengan rencana menggunakan nama tokoh Turki Mustafa Kemal Ataturk sebagai nama jalan di Ibu Kota Jakarta. Alasannya, Ataturk merupakan tokoh yang dikenal sebagai anti islam.

Fadli lebih setuju nama tokoh Turki yang dijadikan nama jalan di Indonesia adalah Fatih Sultan Mehmet II atau Muhammad al Fatih. Dia menyampaikan demikian karena Muhammad al Fatih akan banyak diterima mayoritas masyarakat Indonesia daripada nama Kemal Ataturk.

"Saya usul namanya Jalan Fatih Sultan Mehmet II," tulis Fadli Zon dalam akun Twitternya @fadlizon yang dikutip pada Senin 18 Oktober 2021.

Mustafa Kemal Ataturk

Photo :
  • atasc.org

Cuitan Fadli itu mengomentari tweet penceramah ustaz Hilmi Firdausi yang menyampaikan penolakan nama Kemal Ataturk menjadi salah satu jalan di Jakarta. Bagi Hilmi, sosok Ataturk adalah seorang diktator karena beberapa kebijakannya merubah masjid jadi museum hingga menutup sekolah-sekolah agama.

Pun, Fadli menilai al Fatih lebih bisa diterima oleh umat muslim di Tanah Air ketimbang Ataturk.

Menurutnya, Muhammad al Fatih adalah sosok yang sangat dihormati dan juga dikenal sebagai tokoh yang menaklukan Konstantinopel era Kekaisaran Romawi. 

"Sang penakluk Konstantinopel pada 1453 pada usia 21 tahun. Namanya tercatat sebagai conqueror termuda sepanjang sejarah, lebih muda dari Alexander the Great," ujarnya.

Sementara itu, pengamat politik sekaligus sosiolog Musni Umar menganalisa mayoritas muslim Indonesia yang memprotes Kemal Ataturk jadi jalan di ibu kota. Setidaknya ada sejumlah alasan, pertama Ataturk adalah tokoh anti Islam.

Menurut dia alasan kedua penolakan Ataturk karena bila mengabadikannya sebagai nama jalan itu sama saja membawa bangsa Indonesia untuk mengidolakan sekularisme yang anti Islam.

"Saya kira ini kita harus lawan. Yang ketiga juga dia memandang Islam itu hina tidak bisa menjadi alat untuk membawa kemajuan bangsa Turki," jelasnya.

Suara penolakan juga disampaikan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas. Dia menilai Ataturk memiliki pemikiran yang sesat. Menurutnya, perbuatan Ataturk bertentangan dengan ajaran Alquran.