Pengamat: Pemilih PKS Bisa Beralih ke PAN
Sabtu, 2 Februari 2013 - 16:20 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews - Pengamat politik Burhanudin Muhtadi memperkirakan pemilih Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bakal beralih ke Partai Amanat Nasional (PAN) pada Pemilu tahun 2014. Kasus dugaan korupsi yang menyeret mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq, mempengaruhi peralihan suara ini.
Perkiraan tersebut, menurut Burhanudin, karena tipe pemilih atau jenis basis massa PKS tidak jauh berbeda dengan PAN. Saat pemilih tidak memercayai PKS sebagai partai Islam yang bersih dari korupsi, PAN akan menjadi pilihan alternatif.
Baca Juga :
Perkiraan tersebut, menurut Burhanudin, karena tipe pemilih atau jenis basis massa PKS tidak jauh berbeda dengan PAN. Saat pemilih tidak memercayai PKS sebagai partai Islam yang bersih dari korupsi, PAN akan menjadi pilihan alternatif.
"PAN akan diuntungkan. Pemilih PAN punya irisan dengan pemilih PKS. Pemilih PKS dan PAN hampir sama," kata Burhanudin, dalam sebuah forum diskusi di restoran Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu, 2 Februari 2013.
Peneliti pada Lembaga Survei Indonesia itu membagi tipe basis massa PKS ke dalam dua kelompok, yakni kelompok yang berpaham Islam ekstrem dan kelompok yang berpaham sedikit moderat.
Pada tipe pertama, terutama mereka yang militan, diperkirakan tetap bertahan karena tidak terlalu terpengaruh dengan citra negatif yang belakangan muncul. Tapi pada tipe kedua, yakni mereka yang berkarakter sama dengan pemilih PAN, sangat dimungkinkan akan berpindah.
PAN dahulu mengindentifikasi sebagai partai Islam, namun kini tidak lagi. Partai yang didirikan Amien Rais itu kini menjadi partai terbuka alias tak mengidentifikasi sebagai partai agama atau ideologi tertentu. Dalam konteks inilah, sebagian pemilih PKS akan pindah ke PAN.
Namun Burhanudin mengingatkan bahwa hal itu akan terjadi dengan catatan apabila PKS tidak mampu memulihkan citranya sebagai partai yang bersih dari korupsi. Pemilih justru bisa pindah apalagi kasus dugaan korupsi itu tidak hanya melibatkan Luthfi Hasan Ishaaq, melainkan sejumlah kader lain PKS.
"Kuatir kasus ini tidak berhenti di LHI (Luthfi Hasan Ishaaq), akan menjadi semacam efek domino. Kalau sampai seperti itu, akan terjadi tsunami politik. Tentu masih ada waktu bagi PKS untuk berbenah diri, untuk memperbaiki reputasi," imbuhnya.
Hal senada disampaikan Edi Sudrajat, Peneliti Gerakan Politik Islam. Menurutnya, dipilihnya Anis Matta sebagai Presiden baru PKS merupakan bagian dari upaya memulihkan reputasi partai tersebut. Anis yang memiliki pengaruh kuat di tubuh PKS diharapkan dapat menjaga soliditas partai dari tingkat bawah.
"Anis Matta cukup kuat pengaruhnya. Pengalaman berpolitik cukup lama, operator yang sudah teruji, dan dia juga penerjemah kemauan Majelis Syuro PKS," terang Edi, yang juga hadir sebagai narasumber pada diskusi itu. (eh)