Alasan Megawati Tak Dukung Mangku Pastika Lagi di Pilgub Bali
Kamis, 9 Mei 2013 - 16:46 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menilai kandidat Gubernur Bali incumbent Made Mangku Pastika tengah mengalami emosi jiwa.
Baca Juga :
Tak hanya Made Mangku Pastika, lanjut Megawati, negara ini sedang mengidap gejala sama, emosi jiwa. "Ketika berkuasa, semuanya menjadi tidak waras. Dan kemudian mengidap penyakit emosi jiwa," ujarnya di hadapan puluhan ribu kader dan simpatisan di Kabupaten Buleleng, Kamis 9 Mei 2013,
Menurut mantan presiden dan wakil presiden ini, gejala tersebut sering mengidap kandidat gubernur incumbent. Emosi jiwa ini juga menghinggapi petugas pilkada mulai Komisi Pemilihan Umum (KPU), Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu), dan lainnya.
Megawati menegaskan, hal-hal tersebut yang menyebabkan mengapa ia tak lagi merekomendasikan Made Mangku Pastika seperti pada Pilgub 2008 lalu. Sebab, partai memiliki pertimbangan dan mekanisme yang jelas dan terukur, sebelum memberikan rekomendasi kepada cagub dan cawagub.
Sebelum menjatuhkan rekomendasi, Megawati mengaku terus mengamati seorang kandidat dan menerima masukan berbagai pihak tentang rekam jejak dan perjalanan seseorang yang akan mendapat rekomendasi sebagai petugas partai di eksekutif.
"Tadinya dia (Pastika) baik, tetapi setelah punya kekusaan menjadi mabuk," seloroh Megawati di kampung nelayan Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt, Buleleng, Bali.
Hal itu tercermin, kata dia, dari langkah dan cara-cara yang dilakukan dengan menggunakan kekuasaan lewat Panwaslu atau KPU untuk mengganjal laju pasangan gubernur dan wakil gubernur yang diusung PDIP, Anak Agung Ngurah Puspayoga dan Dewa Nyoman Sukrawan.
Untuk itu, Megawati mengingatkan, Pastika yang pada Pilgub ini maju melalui koalisi Partai Golkar-Demokrat dan tujuh partai lainnya itu bisa besar seperti sekarang tak lepas dari sokongan partai berlambang banteng moncong putih tersebut saat maju dalam Pilgub 2008.
Hanya saja, setelah melihat rekam jejaknya, Megawati akhirnya menjatuhkan pilihan kepada dua kader muda PDIP.
"Selaku ketua partai, saya mengingatkan jangan bermain kotor. Rakyat jangan digiring ke sana ke situ. Saya prihatin pilkada masih seperti tempat mengeruk uang. Orang telah lupa dan kehormatannya sudah tidak ada lagi," tegasnya.