Penyakit Anggota DPR Ada Lima, Apa Saja?
Sabtu, 18 Mei 2013 - 14:14 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews - Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, mengatakan ada lima penyakit yang dimiliki oleh institusi DPR selama empat tahun belakangan ini. Apa saja?
"DPR suka studi banding, ricuh, pada saat ikut rapat tidak konsentransi, tukang bolos, dan praktik korupsi," kata Ray dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 18 Mei 2013.
Dengan adanya lima penyakit itu, kata dia, bisa dikatakan DPR seperti tidak ada prestasi lagi. Hal itu berbanding terbalik ketika tahun 2009 lalu di mana DPR rajin memperjuangkan kasus Century. "Tahun 2009, DPR getol perjuangkan Century. Setelah itu muncul penyakit yang lima ini," kata Ray.
Citra DPR semakin buruk setelah munculnya banyak anggota yang sering bolos saat sidang paripurna. "Itu memberikan efek elektoral karena tukang bolos, sehingga ada keterpengaruhan publik," ucapnya.
Ia menerangkan, ada dua dampak bagi anggota DPR yang sering tidak hadir dalam rapat. Pertama dampak dari konstituen. Masyarakat di konstituennya, kata Ray, akan mempertanyakan: "Sudah dipilih kenapa malah bolos".
Kedua, berasal dari lawan politik yang bersaing dengannya. Lawan politik itu berasal dari satu partai. "Misalnya yang nomor urutnya berada di bawahnya, pada saat kampanye mengatakan sudah sering bolos masa mau dipilih lagi," kata dia. (eh)
Baca Juga :
"DPR suka studi banding, ricuh, pada saat ikut rapat tidak konsentransi, tukang bolos, dan praktik korupsi," kata Ray dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 18 Mei 2013.
Dengan adanya lima penyakit itu, kata dia, bisa dikatakan DPR seperti tidak ada prestasi lagi. Hal itu berbanding terbalik ketika tahun 2009 lalu di mana DPR rajin memperjuangkan kasus Century. "Tahun 2009, DPR getol perjuangkan Century. Setelah itu muncul penyakit yang lima ini," kata Ray.
Citra DPR semakin buruk setelah munculnya banyak anggota yang sering bolos saat sidang paripurna. "Itu memberikan efek elektoral karena tukang bolos, sehingga ada keterpengaruhan publik," ucapnya.
Ia menerangkan, ada dua dampak bagi anggota DPR yang sering tidak hadir dalam rapat. Pertama dampak dari konstituen. Masyarakat di konstituennya, kata Ray, akan mempertanyakan: "Sudah dipilih kenapa malah bolos".
Kedua, berasal dari lawan politik yang bersaing dengannya. Lawan politik itu berasal dari satu partai. "Misalnya yang nomor urutnya berada di bawahnya, pada saat kampanye mengatakan sudah sering bolos masa mau dipilih lagi," kata dia. (eh)