Pramono Anung: Teguran SBY Kurang Keras
Selasa, 16 Juli 2013 - 17:48 WIB
Sumber :
- ANTARA/Rosa Panggabean
VIVAnews - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Pramono Anung, menilai teguran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada dua menterinya kurang keras. Sebab, kata Pramono, setelah ditegur, para menteri itu juga tak ada upaya untuk mencari jalan keluar permasalahannya.
"Saya tidak melihat setelah teguran diberikan kemudian menteri itu mengambil jalan keluar yang signifikan yang bisa mempunyai dampak secara langsung perubahan harga itu," kata Pramono di Gedung DPR, Selasa 16 Juli 2013.
Bahkan, kata Pramono, para menteri itu sibuk mempersiapkan diri untuk Pemilu 2014. "Banyak sekarang ini dalam pemerintahan terlalu sibuk untuk bersiap-siap diri, mempercantik diri, menggantengkan dirinya untuk persiapan tahun 2014. Kalau mereka tidak bisa mengerjakan hal yang ada di depan mata, rakyat akan mencatat dan berikan hukuman," ujar dia.
Jika menteri itu tidak bisa menjalankan mandat presiden, kata Pram, lebih baik menteri itu dicopot. "Kalau tidak bisa menjalankan apa yang ditugaskan presiden, dan presiden merupakan pemegang mandat dari rakyat, ya menteri itu ganti aja," ujar dia.
Sebelumnya, Presiden SBY telah menegur Menteri Pertanian, Suswono dan Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, karena tingginya harga daging sapi di pasaran.
Dikonfirmasi hal itu pada Senin malam, 15 Juli 2013, Suswono, membela diri. "Itu ada miss saja. Sudah saya jelaskan dalam rapat kemarin," kata Suswono di Jakarta.
Suswono membantah birokrasinya lamban merespons gejolak harga daging. Menurutnya, pihaknya berusaha secepat mungkin untuk mengurus surat perizinan importasi Bulog.
"Ada dua surat dari Bulog, yaitu tanggal 25 Juni 2013, surat izin masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok dan kami langsung mengeluarkan surat rekomendasi hari itu juga. Lalu, tanggal 11 Juli untuk masuk ke Bandara Soekarno Hatta dan kami mengirimkan surat rekomendasi pada hari itu juga. Jadi, kami langsung menangani surat dari Bulog," kata dia.
Bulog memang telah mendapat jatah impor daging sapi sebesar 3 ribu ton dan rencananya akan mendatangkan 800 ton daging beku lewat bandara dan 2.200 ton daging lewat pelabuhan. Lalu, daging beku impor ini, apabila telah sampai di Jakarta, akan digunakan untuk operasi pasar. Bulog menggunakannya untuk menekan harga pasar jelang hari Lebaran, yaitu dari harga Rp90 ribu menjadi Rp70 ribu per kilogram. (sj)
Baca Juga :
"Saya tidak melihat setelah teguran diberikan kemudian menteri itu mengambil jalan keluar yang signifikan yang bisa mempunyai dampak secara langsung perubahan harga itu," kata Pramono di Gedung DPR, Selasa 16 Juli 2013.
Bahkan, kata Pramono, para menteri itu sibuk mempersiapkan diri untuk Pemilu 2014. "Banyak sekarang ini dalam pemerintahan terlalu sibuk untuk bersiap-siap diri, mempercantik diri, menggantengkan dirinya untuk persiapan tahun 2014. Kalau mereka tidak bisa mengerjakan hal yang ada di depan mata, rakyat akan mencatat dan berikan hukuman," ujar dia.
Jika menteri itu tidak bisa menjalankan mandat presiden, kata Pram, lebih baik menteri itu dicopot. "Kalau tidak bisa menjalankan apa yang ditugaskan presiden, dan presiden merupakan pemegang mandat dari rakyat, ya menteri itu ganti aja," ujar dia.
Sebelumnya, Presiden SBY telah menegur Menteri Pertanian, Suswono dan Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, karena tingginya harga daging sapi di pasaran.
Dikonfirmasi hal itu pada Senin malam, 15 Juli 2013, Suswono, membela diri. "Itu ada miss saja. Sudah saya jelaskan dalam rapat kemarin," kata Suswono di Jakarta.
Suswono membantah birokrasinya lamban merespons gejolak harga daging. Menurutnya, pihaknya berusaha secepat mungkin untuk mengurus surat perizinan importasi Bulog.
"Ada dua surat dari Bulog, yaitu tanggal 25 Juni 2013, surat izin masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok dan kami langsung mengeluarkan surat rekomendasi hari itu juga. Lalu, tanggal 11 Juli untuk masuk ke Bandara Soekarno Hatta dan kami mengirimkan surat rekomendasi pada hari itu juga. Jadi, kami langsung menangani surat dari Bulog," kata dia.
Bulog memang telah mendapat jatah impor daging sapi sebesar 3 ribu ton dan rencananya akan mendatangkan 800 ton daging beku lewat bandara dan 2.200 ton daging lewat pelabuhan. Lalu, daging beku impor ini, apabila telah sampai di Jakarta, akan digunakan untuk operasi pasar. Bulog menggunakannya untuk menekan harga pasar jelang hari Lebaran, yaitu dari harga Rp90 ribu menjadi Rp70 ribu per kilogram. (sj)