Kronologi Malam Tangkap Tangan Versi Istri Irman Gusman
- VIVA.co.id/Lilis Khalisotussurur
VIVA.co.id – Istri Irman Gusman, Liestyana Rizal Gusman sengaja mendatangi Wakil Ketua DPR, Fadli Zon karena dianggap sebagai teman baik suaminya. Ia pun menceritakan kronologi malam saat operasi tangkap tangan terhadap suaminya oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
"Saya harus sampaikan agar dapat gambaran yang adil," ujar Liestyana sambil menangis di Gedung DPR didampingi Fadli dan Wakil Ketua DPD Ratu Hemas, Jakarta, Selasa 20 September 2016.
Ia menceritakan malam itu Irman sedang makan malam bersama Arwin Arsyid. Saat itu ada dua orang tamu bernama Memi dan Tanto (Direktur Utama CV Semesta Berjaya, Xaveriandy Sutanto) memaksa bertemu dengan suaminya. Tapi saat itu Irman yang sedang keasyikan mengobrol dengan Arwin, dan sang suami sebenarnya sudah menolak ditemui karena merasa sudah terlalu malam.
"Tak apa saya cuma datang sebentar saja. Karena saya mau kembali ke Padang besok hari. Pamdal katakan dia (Memi) maksa-maksa Bapak. Bapak kan suka tak tega. Bapak sendiri sudah capek dari pagi sudah keluar rumah," kata Liestyana.
Setelah menemui tamunya, ia menuturkan saat itu pukul 1 malam dan ia akan melaksanakan salat isya. Saat sedang salat, Irman masuk ke kamar. Selesai ia salat, Irman sudah berganti baju piyama. Ia pun teringat ada pintu kamar depan yang belum ditutup. Ia sempat keluar kamar. Tapi di depan kamarnya yang terdapat tangga di lantai dua ada orang KPK berteriak-teriak.
"Langsung bilang Bapak kami tangkap, Bapak terima suap. Saya bilang kamu kok masuk ke atas. Ini rumah saya. Saya ke bawah, ternyata tamu Bapak tadi ada di bawah yang namanya Ibu Memi itu," kata Liestyana.
Ia melanjutkan orang KPK tersebut pun menuduh Irman telah memberikan rekomendasi kuota gula pada Memi. Sehingga harus ditangkap. Pihak KPK juga menuding Irman menerima barang suap dari Memi.
"Dia tanya ke Memi, kamu kasih apa. Dia bilang saya tak ada suap-suap Bapak, saya cuma kasih oleh-oleh. Dia kembali lagi ke Bapak, Bapak ini pejabat negara tak boleh mengganggu kuota impor gula. Suami saya bilang saya ini wakil rakyat, dia ini masyarakat," kata Liestyana.
Menurutnya pihak KPK terus menerus menuding Irman soal suap. Irman pun kaget. Apalagi pihak KPK dianggap juga tak sopan. Pihak KPK pun bertanya pada Memi soal barang apa yang diberikan pada Irman.
"Akhirnya saya sebagai istri bengong. Saya tanya mana surat tugas kamu. Perlihatkan pada suami saya. Dia perlihatkan, suami saya baca. Surat tangkapnya adalah untuk orang yang bernama Tanto (suami Memi) tertanggal 24 Juni 2016," kata Liestyana.
Ia pun mempersilakan KPK menangkap orang yang bernama Tanto dan Memi. KPK pun menggiring dua orang tersebut. Sementara pihak KPK juga masih terus menuding Irman soal kuota gula.
"Akhirnya lagi ngotot gitu, baliklah yang namanya Tanto. Dengan tangan kiri dengan pongahnya dia bilang dengan tangan kiri, eh mana tadi uang yang saya kasih Rp100 juta buat beli mobil," kata Liestyana.
Ia dan Irman mengaku kaget. Irman pun menyuruhnya untuk mengambil barang yang diberikan Tanto. Ia pun berlari ke kamarnya dan segera mengambil barang yang dimaksud.
"Saya agak kesal, agak saya lempar. Saya disuruh pegang, di bawah, diambil sama orang KPK," kata Liestyana.
Pihak KPK pun meminta agar Irman mengikutinya dan mengancam akan memborgol kalau tak ikut. Ia merasa kalimat-kalimat yang dilontarkan petugas KPK kasar sekali dan dianggap sangat tidak menghargai.
"Masuk ke rumah orang, surat tugas juga salah. Suami saya dibentak-bentak. Saya bilang sudahlah Pah, ikut saja, ganti baju. Nanti saya tunggu di sini. Saya sempat diajak, tapi tidak (ikut)," kata Liestyana.
Setelah kejadian itu, sama sekali tak ada kabar dari Irman maupun ajudannya padanya selama 24 jam. Ia pun hanya bisa memantau dari televisi dengan adanya inisial nama suaminya.
"Lalu saya tanya pamdal di depan, tadi ketemu orang itu di mana (petugas KPK)? Jadi mereka memaksa masuk ke dalam. Mereka bilang saya punya target di dalam namanya Tanto. Itu jelas sekali pada penjaga. Tapi waktu dia naik ke atas yang saya sedang tutup pintu, dia (petugas KPK) melihat muka saya dan bilang Bapak terima suap gula. Tapi pamdal bilang mau menangkap Tanto," kata Liestyana.
Ia pun baru menyadari kejadian tersebut adalah OTT. Bahkan ia baru mengetahui tamu yang menemuinya seorang tahanan kota. Ia pun mempertanyakan bagaimana bisa tahanan kota datang ke Jakarta. Apalagi Irman pun sama sekali tak mengenal tamunya tersebut.
"Saya sebagai istri hanya mau menyampaikan biar publik bisa melihat dari dua sisi mengenai apa yang terjadi," kata Liestyana.