Setelah Ketua Umum, Siapa Jadi Sekjen Golkar?
- ANTARA FOTO/Hafidz Mubarok A
VIVA – Partai Golkar saat ini menggelar Rapat Pimpinan Nasional dan akan dilanjutkan dengan Musyawarah Luar Biasa atau Munaslub. Melalui rapat pleno yang diadakan beberapa waktu lalu, mereka menunjuk Airlangga Hartarto sebagai ketua umum.
Sejumlah pihak menyebut bahwa Munaslub akan menjadi forum untuk mengukuhkan Airlangga. Lantas siapa sosok yang layak menjadi Sekretaris Jenderal Partai Berlambang Pohon Beringin tersebut?
Sebuah lembaga penelitian, Indodata, baru-baru ini mengumumkan hasil survei opinion leader terkait masalah tersebut. Dan muncul sejumlah tokoh yang dipandang layak menjadi Sekjen Partai Golkar.
“Para responden ditanya siapa tokoh pengubah dan pembaharu yang tepat menjadi Sekjen Partai Golkar? Nama Ahmad Doli Kurnia mendapatkan skor 70 persen, Agus Gumiwang Kartasasmita 15 persen, Ace Hasan Syadzili 8 persen, dan Muhammad Sarmuji 7 persen,” kata Direktur Eksekutif Indodata, Danis T Saputra W, Senin, 18 Desember 2017.
Sedangkan, untuk pertanyaan siapa tokoh pengubah dan pembaharu yang tepat menjadi ketua umum Partai Golkar, mayoritas responden menjawab Airlangga Hartarto 89 persen, Titiek Soeharto 9 persen, lain-lain 2 persen.
Survei tersebut dilakukan pada awal Desember ini. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling (sampling diambil tidak secara acak dan sesuai dengan jumlah sample yang ditetapkan yaitu 46 responden).
Responden di sini adalah mereka yang terbiasa menjadi narasumber media dan memengaruhi lalu lintas opini publik terdiri dari wartawan, intelektual, pengamat sosial dan politik, dan tokoh politik.
Terkait masalah ini, Pengamat Politik Emrus Sihombing mengatakan Sekjen Golkar harus mencerminkan tokoh muda, bersih yang sejak awal menggelontarkan pembaharuan. Selain itu, calon tersebut juga harus sejalan dengan ketua umum.
"Tokoh-tokoh yang menggelorakan bahwa Partai Golkar bersih sejak awal, bukan ujug-ujug. Orang yang dipilih dari orang yang bisa menunjukkan (pembaharuan) itu, menunjukkan di permukaan,tokoh muda dan pemberani membuat perubahan," ujar Emrus.
Menurutnya, Airlangga sebaiknya di-back up tokoh muda tersebut yaitu sosok yang sejalan atau ada chamistry. Selain itu, yang tak kalah menarik adalah posisi bendahara umum harus tepat dalam rangka mengenalkan ulang Partai Golkar.
Sementara itu, secara terpisah, Sekjen Golkar Idrus Marham sebelumnya mengaku tak masalah bila ke depan setelah terpilihnya ketua umum baru ia tak mendapatkan jabatan apapun. Menurutnya, keberadaannya di partai sifatnya sebagai pengabdian.
"Saya seperti biasa saya berpikir dari awal. Partai itu pengabdian. Di mana posisi saya, saya punya konsep. Enggak ada masalah (tak punya posisi)," kata Idrus di JCC, Jakarta, Senin, 18 Desember 2017.
Ia memasrahkan soal jabatannya di Golkar ke depan. Sebab, jabatan ketua umum maupun sekjen hanya ada satu. Sehingga tentunya harus bersikap legowo.
"Kalau terlalu banyak mau, lalu kemudian tidak mau legowo dan tidak mau satu kebijakan arif melihat masalah ini, saya kira enggak bisa," kata Idrus.
Ia pun berpesan pada Airlangga agar jangan sampai pada kepengurusan selanjutnya rapat cepat seiring dengan kerja cepat. Jangan hanya sampai rapimnas rapat berjalan cepat tapi kerja lambat.
"Ideal itu dinamis rapatnya, kerjanya dinamis. Yang harus dihindari rapat dinamis, rapat ramai-ramai tapi kerjanya sepi. Saya kira itu enggak bisa terjadi dalam. Sebuah partai seperti Golkar," kata Idrus.