Begini Dampak Pelemahan Rupiah ke Importir Dalam Negeri

Dolar AS dan rupiah.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani, mengakui, pelemahan rupiah cukup berdampak kepada sejumlah sektor dunia usaha di Indonesia, khususnya dunia usaha yang bergantung pada impor.

Menurutnya, nilai tukar rupiah yang melemah justru akan berpengaruh positif terhadap perusahaan yang berorientasi ekspor. Sebaliknya, pelemahan akan berpengaruh negatif kepada perusahaan yang masih bergantung kepada barang impor.

"Untuk beberapa perusahaan memang impornya masih besar seperti perusahaan makanan dan minuman dan farmasi bahkan dia raw material-nya masih impor," kata Rosan di Jakarta, Kamis 26 April 2018.

Menurutnya, itu menjadi tantangan tersendiri bagi pengusaha di sektor tersebut. Berbeda halnya dengan pengusaha yang lebih mengandalkan ekspornya ketimbang impor.

"Tapi, kalau untuk perusahaan tambang dan batu bara, mereka senang-senang aja karena mereka ekspor sebagian besar," ujarnya.

Menurut dia, dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak berlaku untuk seluruh sektor dunia usaha. Yang jelas, perusahaan yang masih didominasi barang impor tentu akan tertekan.

"Ya asumsinya masih rupiah, berapa currency sekarang sudah naik. Pasti ada efeknya. Sebetulnya kan gini, impor kan mestinya oke asal itu dijadikan suatu barang yang produktif. Kemudian kita ekspor," katanya.

Namun, menurutnya, perusahaan Indonesia saat ini impor masih lebih tinggi. "Ekspornya lebih rendah, itu yang menjadi kendala," kata dia.

Berdampak ke Utang Swasta

Di sisi lain, Rosan mengakui pelemahan rupiah juga berdampak kepada utang perusahaan swasta. Khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang belum melakukan hedging atau lindung nilai.

"Utang swasta sebagian besar sih sudah di-hedging sebetulnya. Tapi, masih ada beberapa swasta yang belum di-hedging. Nah, itu pasti kena dampaknya. Tapi ya kembali lagi tergantung perusahaan," ujarnya.

Jika dolar AS semakin perkasa, tentu utang swasta akan lebih besar. "Kalau naiknya banyak pasti," tuturnya.