Dampak BBM Satu Harga, Ojek di Papua dari Rp200 Ribu Jadi Rp20.000
- ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang
VIVA – Kebijakan BBM satu harga yang diterapkan pemerintah sudah mulai berdampak pada ekonomi dan sosial masyarakat. Khususnya, di wilayah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) biaya transportasi menjadi semakin turun.
Project Coordinator BBM Satu Harga Pertamina, Zibali Hisbul Masih mengatakan, kebijakan ini mampu menurunkan biaya transportasi lokal. Contoh nyata di lapangan adalah tarif ojek yang turun sangat signifikan di wilayah 3T seperti di Papua.
"Dampak ke masyarakat yang paling terasa pastinya ongkos angkut turun. Ojek di Papua itu, dulu sebelum satu harga bisa Rp150-Rp200 ribu, sekarang hanya Rp20-25 ribu. Sangat signifikan," kata Zibali di Jakarta, Selasa 30 Oktober 2018.
Selain transportasi, BBM jenis solar yang juga termasuk dalam program BBM satu harga saat ini digunakan masyarakat 3T untuk bahan bakar genset di sistem kelistrikan. Sehingga, warga Papua khususnya anak sekolah yang sebelumnya susah belajar di malam hari, saat ini sudah memeroleh kemudahan.
"BBM solar itu untuk genset penerangan, jadi yang tadinya tidak bisa belajar sampai malam sekarang bisa," katanya menambahkan.
Ia pun yakin, efek ekonomi sosial yang ditimbulkan dari BBM satu harga juga mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia. Sebab, dengan biaya transportasi turun, harga barang turun yang kemudian membuat daya beli masyarakat meningkat dan ekonomi tumbuh lebih cepat.
"Manfaatnya tentu dengan menurunkan biaya transportasi lokal, harga barang juga otomatis turun, sehingga daya beli meningkat dan ekonomi naik." (mus)