Setiap Harga Beras Naik, Jumlah Kemiskinan Juga Naik

Ilustrasi beras.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

VIVA – Bank Dunia mengungkapkan, naiknya harga beras akan berkolerasi kuat terhadap peningkatan jumlah orang miskin di Indonesia. Lantaran sebagian besar orang miskin di Indonesia merupakan konsumen utama beras.

Lead Economist World Bank Indonesia, Vivi Alatas mengatakan, hal itu dapat dibuktikan dari data Bank Dunia, di mana setiap 10 persen kenaikan harga beras terjadi, maka tercipta 1,2 juta orang miskin baru di Indonesia.

"Karena tiga per empat orang miskin net consumer beras. Artinya saat harga beras naik ada 3 orang yang dirugikan dan 1 orang diuntungkan dari kenaikan harga beras," katanya di Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Depok, Senin 12 November 2018.

Padahal, lanjut dia, harga beras di Indonesia pada dasarnya lebih mahal 70 persen dibandingkan dengan harga rata-rata beras global. Karena itu, dia menegaskan harga beras yang terjangkau menjadi kunci untuk menjaga agar tingkat kemiskinan di Indonesia tidak bertumbuh.

"Memastikan harga beras affordable adalah salah satu cara untuk memastikan bahwa kita tidak mudah mendapatkan orang-orang yang tadinya naik kelas menjadi turun lagi," tuturnya.

Korelasi tersebut pada dasarnya juga sudah di paparkan oleh Badan Pusat Statistik. Berdasarkan data BPS, presentase beras kepada garis kemiskinan penduduk perkotaan mencapai 20,95 persen dan untuk penduduk pedesaan sebesar 26,79 persen. Hal itu menjadikan komoditas beras sebagai sumber utama yang memengaruhi tingkat kemiskinan.

Hal itu kemudian diikuti rokok kretek filter dengan presentase kepada garis kemiskinan penduduk perkotaan sebesar 11,07 persen, sedangkan penduduk pedesaan sebesar 10,21 persen. Serta telur ayam ras dengan presentase kepada garis kemiskinan penduduk perkotaan sebesar 4,09 persen, dan penduduk pedesaan sebesar 3,28 persen.