Harga Daging Ayam Ras Turun Juni, BPS: Bukan soal Oversupply

Pedagang ayam potong melayani pembeli di pusat pasar daging.
Sumber :
  • ANTARA/Rahmad

VIVA – Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat, harga daging dan telur ayam ras pada Juni 2019, yang mengalami penurunan harga dan menyumbang deflasi sebesar 0,02 persen, tidak mampu meredam inflasi untuk sektor bahan makanan yang sebesar 1,63 persen.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, pada bulan itu, untuk daging ayam ras sendiri mengalami penurunan harga rata-rata sebesar 1,5 persen dibanding Mei 2019. Penurunan harga terjadi di 49 kota, dari 82 kota yang menjadi Indeks Harga Konsumen (IHK).

"Daging ayam ras turun harga 1,5 persen sehingga andilnya 0,02 persen. Dari 82 kota, terjadi penurunan harga di 49 kota IHK, tertinggi di Jember 0,19 persen," kata dia dikantornya, Jakarta, Senin 1 Juli 2019.

Adapun untuk harga telur ayam ras, lanjut dia, mengalami penurunan harga rata-rata 2,01 persen di banding rata-rata harga pada Mei 2019. Penurunan harga tertinggi terjadi di Bau-Bau, sebesar 0,19 persen.

Meski begitu, Suhariyanto mengatakan, turunnya harga daging dan telur ayam ras pada bulan itu, bukan karena adanya kelebihan pasokan (oversupply) dari dua komoditas tersebut, melainkan karena turunnya permintaan setelah Mei 2019.

"Jadi, bukan soal oversupply, tetapi permintaan yang menurun, karena Lebarannya sudah habis. Kalau kita lihat seperti saya bilang Ramadan, karena full di Mei, permintaan ayam ras dan telur tinggi. Tapi di Juni, karena puasanya di awal Mei, maka permitaan turun," ungkap dia.

Sebagai informasi, pada Mei 2019, BPS mencatat bahwa harga daging dan telur ayam ras memang menyumbang inflasi sebesar 0,05 persen untuk bahan makanan yang inflasi 2,02 persen.