Efisiensi Proyek Pipa Minyak Rokan, Momentum PGN Perkuat Bisnis Migas
- Dok. Pertagas
VIVA – Keberhasilan PT Perusahaan Gas Negara Tbk memangkas biaya proyek pipa migas Rokan hingga US$150 juta atau sekitar Rp2,1 triliun menjadi momentum dalam meningkatkan efisiensi pada proyek infrastruktur migas. Langkah ini dinilai bisa diikuti oleh proyek lainnya di Indonesia.
Baca Juga: ADB Proyeksi Ekonomi RI Cuma Tumbuh 1 Persen pada 2020
Analis Finvesol Consulting Indonesia, Fendi Susiyanto, mengatakan kemampuan dari PGN melakukan pemangkasan biaya pembangunan infrastruktur pipa migas ke Blok Rokan tersebut adalah prestasi yang luar biasa dan dapat memperkuat bisnis perseroan.
"Selama ini kita belum pernah mendengar pembangunan infrastruktur pipa (migas) bisa dihemat hingga sebesar itu,” ujar Fendi kepada media di Jakarta, Selasa, 15 September 2020.
Sebelumnya, Direktur Utama PGN Suko Hartono mengungkapan, biaya pembangunan proyek pipa minyak ke Blok Rokan berhasil dipangkas dari US$450 juta menjadi US$300 juta. Efisiensi diperoleh dari optimasi tahapan penetapan Final Investment Decision (FID) dan proses procurement.
"Hal ini merupakan upaya bersama dewan pengawas dan manajemen PGN dalam mengawal proyek pipanisasi minyak Rokan Hulu dapat berjalan efektif dan efisien di tengah tantangan ekonomi global dan pandemi," jelas Suko dalam keterangan resminya, Senin, 14 September 2020.
Sementara itu, pada Rabu, 9 September 2020 lalu, PT Pertagas, anak usaha PGN, telah memulai pembangunan pipa minyak sepanjang kurang lebih 360 kilometer dengan diameter 4-24 inch. Proyek yang ditargetkan rampung pada 2021 melalui lima kabupaten di Provinsi Riau
First welding atau pengelasan perdana telah dilakukan di Kelurahan Kandis Kota, Kandis, Kabupaten Siak. Upaya itu diketahui mengawali alih kelola blok Rokan yang direncanakan berlangsung pada 2021.
Sebelumnya, pada 2018, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memutuskan Pertamina sebagai pengelola Blok Rokan setelah memenangkan tender dengan CPI. Dalam penawarannya Pertamina setuju untuk membayar biaya bonus tanda tangan (signature bonus) sebesar US$784 juta atau setara Rp11,3 triliun dan komitmen kerja pasti senilai US$500 juta atau sekitar Rp7,2 triliun.
Pengelolaan Pertamina di Blok Rokan tersebut juga menandai berakhirnya pengelolaan Chevron di Rokan selama lebih dari setengah abad.
Dalam proyek ini PGN juga bersinergi dengan PT Krakatau Steel Tbk dalam pengadaan material pipa minyak Blok Rokan. Hal ini merupakan manfaat nyata efisiensi penggunaan gas bumi bagi pemanfaatan produk TKDN yang bisa menghemat biaya pengadaan material sebesar 16 persen.
Upaya efisiensi dan kolaboratif lainnya dilakukan dengan menggandeng SDM lokal agar bisa menggerakkan potensi daerah dan menciptakan multiplier effect ekonomi bagi wilayah dan masyarakat sekitar.
"Transfer knowledge merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dalam pengelolaan SDM dan tentunya penguasaan aspek pemahaman teknologi maupun komersial dalam pembangunan proyek bagi anak bangsa, sehingga pelaksanaan proyek bisa berjalan intensif namun tetap efektif,” jelas Suko.
Adapun selain proyek pipa Blok Rokan, PGN juga dalam proses pembangunan sejumlah proyek gasifikasi kilang Pertamina yang saat ini menggunakan BBM maupun LPG. Proyek tersebut meliputi lima lokasi kilang, yaitu program RDMP Balongan, RDMP Balikpapan, RDMP Cilacap, Kilang TPPI dan GRR Tuban.
Diharapkan, pembangunan proyek-proyek tersebut dapat dilakukan lebih efisien guna memperkuat fundamental bisnis PGN dalam jangka panjang. (ase)