Inflasi Mei Naik Jadi 0,32 Persen, Terdorong Permintaan Lebaran
- ANTARA/Rahmad
VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Mei 2021 sebesar 0,32 persen. Sementara itu, inflasi tahun kalender dari Januari hingga Mei 2021 sebesar 0,90 persen dan secara tahunan 1,68 persen.
Besaran inflasi pada bulan ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada April 2021 yang sebesar 0,13 persen secara bulanan dan secara tahunannya juga lebih tinggi dibandingkan bulan tersebut, yakni yang sebesar 1,42 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, mengatakan, angka inflasi itu diperoleh berdasarkan pemantauan Indeks Harga Konsumen atau IHK di 90 kota yang menunjukkan inflasi di 78 kota, sedangkan 12 kota deflasi.
"Tarikan permintaan terasa sekali pada inflasi Mei ini terutama permintaan komoditas terkait bahan makanan kebutuhan saat bulan puasa dan hari raya," kata dia saat konferensi pers, Rabu, 2 Juni 2021.
Baca juga: Prabowo Blak-blakan soal Modernisasi Alutsista ke DPR
Inflasi tertinggi, terjadi di Manokwari sebesar 1,82 persen dan terendah di Tembilahan 0,01 persen. Sementara itu, deflasi tertinggi di Timika sebesar minus 0,83 persen dan terendah di Palembang dengan deflasi sebesar minus 0,02 persen.
"Andil inflasi untuk bahan makanan daging ayam ras yaitu 0,04 persen dan juga tarif angkutan udara dan ikan segar andilinya 0,04 persen. Kemudian komoditas lainnya seperti jeruk dan daging sapi juga memberikan andil 0,02 persen," tuturnya
Secara umum, Setianto mengatakan, inflasi pada bulan ini dipicu oleh kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau yang sebesar 0,38 persen dengan andil 0,10 persen. Diikuti transportasi sebesar 0,71 persen dengan andil 0,08 persen.
"Ada juga komoditas minyak goreng, emas perhiasan dan tarif angkutan antar kota. Beberapa komoditas juga mengalami inflasi dengan andil 0,01 persen seperti misalnya nasi dengan lauk, tarif parkir, ayam hidup, kelapa, tarif kereta api maupun kentang," ujar dia.
Berdasarkan komponennya, inflasi inti pada bulan itu sebesar 0,24 persen dengan andil 0,16 persen. Untuk harga-harga bergejolak atau volatile food mengalami deflasi 0,39 persen, dengan andil sebesar 0,07.
Sementara itu, untuk harga yang diatur oleh pemerintah atau administered price terjadi inflasi sebesar 0,48 persen dengan andilnya 0,09 persen. Ini, katanya lebih disebabkan adanya kenaikan harga seperti tarif angkutan udara yang andilnya 0,04 persen.
"Kemudian ada juga tarif angkutan antar kota dengan andil sebesar 0,02 persen. Selain tarif angkutan itu tarif parkir dan tarif parkir juga memiliki andil 0,01 persen. Untuk yang bergejolak ini untuk bahan makanan seperti daging sapi dengan daging ayam ras" tutur dia.