Beroperasi 2025, Proyek PLTA Kayan Dipastikan Sesuai Keinginan Jokowi
- Dokumentasi PT Kayan Hydro Energy (KHE).
VIVA – PT Kayan Hydro Energy (KHE) memastikan, pengembangan dan penggarapan proyek pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan Cascade, mengedepankan prinsip ekonomi hijau dan berkelanjutan. Hal tersebut sesuai arahan Presiden Joko Widodo.
Pada pidato Jokowi di Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR dan DPD, 16 Agustus 2021 lalu ditegaskan, transformasi menuju energi baru dan terbarukan, serta akselerasi ekonomi berbasis teknologi hijau, akan menjadi perubahan penting dalam perekonomian Indonesia ke depannya.
"Ini tepat sekali. Sesuai dengan harapan yang diucapkan Presiden saat pidato kenegaraan kemarin, KHE mengembangkan pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan Cascade yang akan berkontribusi besar terhadap penurunan emisi gas rumah kaca dunia," kata, Direktur Operasional PT KHE Khaeroni dikutip dari keterangannya, Rabu, 18 Agustus 2021.
Dia menjabarkan, pembangunan PLTA Kayan Cascade yang dipelopori oleh KHE dimulai sejak tahun 2011 memanfaatkan area sepanjang sungai Kayan, Kalimantan. PLTA itu terdiri atas 5 bendungan dengan 5–6 unit turbin pembangkit pada tiap bendungannya.
Baca juga: Genjot Digitalisasi Pajak, Sri Mulyani Ingatkan DJP Jaga Privasi WP
Tahap pertama PLTA Kayan Cascade berkapasitas 900 MW, tahap kedua 1.200 MW, tahap ketiga dan keempat masing-masing 1.800 MW, dan tahap kelima 3.300 MW. Nilai investasi KHE untuk PLTA ini mencapai 17,8 miliar dollar AS.
"Listrik yang dihasilkan dari PLTA tersebut akan dimanfaatkan untuk kebutuhan industri dan pelabuhan," jelas Khaeroni.
Lebih lanjut menurutnya, listrik yang dihasilkan Kayan Cascade ini bisa diserap oleh kawasan industri Tanah Kuning. Di sana terdapat pabrik pengolahan biji nikel, baja, aluminium serta pelabuhan internasional yang ada di Kaltara. Bahkan bisa mensuplai ke ibukota negara baru di Kalimantan Timur.
Khaeroni menjabarkan, proyek ini juga bagian dari konsep Kaltara Integrated Green Economic Zone yang mencakup 4.686 hektare milik PT Indonesia Strategis Industri (ISI). Perusahaan itu adalah pengelola kawasan industri yang menjadi bagian dari Kawasan Industri Hijau yang terintegrasi dengan Pelabuhan Internasional Indonesia.
“Proyek PLTA ini ditargetkan beroperasi secara komersial pada 2025," ungkapnya.
Sebagai informasi, mengutip data Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), kapasitas terpasang pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) hingga Mei 2021 baru sebesar 10.426 megawatt (MW). Dari besaran tersebut, PLTA menyumbang sebesar 4.701 MW ongrid dan 938 MW offgrid.