BBM Naik Dinilai Bisa Jadi Momentum Kejar Target Bauran Energi

Direktur Eksekutif Institute for Develompent of Economic and Finance (Indef), Tauhid Ahmad.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya/Tangkapan layar

VIVA Bisnis – Kenaikan harga minyak dunia yang berdampak pada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), dinilai menjadi momentum untuk mengejar target Bauran Energi Nasional 2025. Salah satunya melalui optimalisasi gas bumi, yang dinilai sebagai langkah strategis dan bagian dari tahap transisi menuju penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang lebih besar.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Tauhid Ahmad berpendapat, kenaikan harga BBM adalah momen mengejar target Bauran Energi Nasional melalui optimalisasi gas bumi.

"Misalnya PLN, sumber energinya berubah tidak lagi menggunakan BBM, maka harus menggunakan energi lain. Seperti menggunakan gas bumi untuk menghasilkan listrik, kemudian yang memungkinkan kendaraan umum," kata Ahmad dalam keterangannya, Senin 12 September 2022.

Foto ilustrasi minyak dunia

Photo :

Terkait penggunaan bahan bakar gas (BBG) untuk transportasi umum, meskipun tidak semua daerah di Indonesia bisa menjalankannya, namun Ahmad yakin hal itu tetap berdampak positif dan bisa diupayakan lebih merata.

"Maka pemerintah harus tanggung pembangunan stasiun pengisian gas, atau kasih insentif supaya daerah lain bisa mengembangkan kendaraan gas," ujar Ahmad.

Optimalisasi gas bumi menurutnya memang butuh kebijakan yang tegas dari pemerintah supaya aplikatif. Kebijakannya harus benar-benar bisa diimplementasikan, terutama dimulai dari Kementerian dan Lembaga-lembaga pemerintah itu sendiri.

"Misalnya mulai dari kendaraan dinas, bisa menggunakan gas. Supaya konversinya cepat dan benar-benar dilakukan," ujarnya.
 
Senada, Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto mengatakan, dominannya penggunaan minyak bumi sebagai sumber energi sekunder, kerap menjadi masalah ketika harga minyak dunia naik signifikan. Karenanya, Sugeng menegaskan bahwa DPR akan terus mendorong upaya pengurangan ketergantungan kepada minyak sebagai energi primer, misalnya dengan mengupayakan optimalisasi gas bumi.

"Dimana gas harus menjadi energi transisi untuk menuju optimalisasi EBT. Baik untuk kepentingan transportasi, industri, maupun rumah tangga," ujar Sugeng.

Meskipun tidak renewable, Sugeng menjelaskan bahwa gas bumi merupakan energi bersih. Selain itu, Indonesia juga memiliki produksi dan cadangan gas bumi yang besar melebihi minyak.

"Cadangan minyak kita sekarang ini mungkin tidak sampai 10 tahun jika tidak ditemukan sumber baru. Sedangkan gas bumi, yang sudah tereksploitasi saja bisa sampai 22 tahun ke depan. Ditambah lagi ada cadangan ditemukan baru yang kandungannya lebih besar," ujarnya.

Diketahui, pemerintah menetapkan target Bauran Energi tahun 2025 adalah EBT sebesar 25 persen, gas bumi sebesar 22 persen, minyak bumi sebesar 25 persen, dan batu bara sebesar 30 persen. Kemudian pada tahun 2050, komposisi target Bauran Energi Nasional ditargetkan EBT mencapai 31 persen, gas bumi 24 persen, dan minyak bumi 20 persen.